KOMUNIKASI BISNIS
SAP 4
1.
Pentingnya
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Pengertian komunikasi sendiri adalah suatu proses
penyampaian pesan dari suatu pihak kepada pihak lain agar tejadi saling
mempengaruhi di antara keduanya. Sedangkan, komunikasi lintas budaya adalah
komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non
verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah atau
negara. Dalam dunia bisnis, komunikasi lintas budaya menjadi elemen yang sangat
penting. Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah
lain atau ke negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut
menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk
musiman di suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan
fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Misalnya saja menimbulkan
komunikasi yang tidak lancar, timbul rasa tidak nyaman, timbul kesalahpahaman.
Oleh sebab itu mempelajari Komunikasi Lintas Budaya menjadi sangat penting.
Tujuannya diantaranya adalah (Litvin 1977) :
a.
Menyadari budaya sendiri
b.
Lebih peka secara budaya
c.
Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
d.
Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang, dll.
Budaya sendiri
juga memilki komponen-komponennya. Komponen tersebut antara lain Budaya
material, Organisasi sosial, Sistem kepercayaan atau keyakinan, Estetika, dan
Bahasa. Komunikasi antar budaya yang efektif terjadi apabila muncul mutual
understanding atau komunikasi yang saling memahami. Saling memahami artinya
keadaan di mana seseorang dapat memperkirakan bagaimana orang lain memberi
makna atas pesan yang dikirim dan menyandi balik pesan yang diterima. Berbagai
cara untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi lintas budaya dalam bisnis
antara lain memelihara iklim komunikasi terbuka, memegang teguh etika
berkomunikasi, menggunakan pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada
penerima, memelih saluran atau media yang tepat serta meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini,
komunikasi bisnis lintas budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya
harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman
bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya,
baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja sama maupun
kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan
komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting. Pendek
kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke
wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan
komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.
2. Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya, Hambatan
Bahasa
Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap,
nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama (Boove dan Thill
2003,68). Budaya juga diartikan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan, sikap, dan
perilaku sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua anggota suatu budaya
memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah laku,
dan berkomunikasi. Mereka cenderung bertindak dengan cara yang serupa sesuai
dengan asumsi yang dianut.
1. Beberapa budaya
terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragan dan berbeda. Kelompok budaya
utama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang cenderung homogen. Kelompok
budaya yang cenderung homogen dalam yang ada dalam suatu budaya disebut
subbudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas berbagai subbudaya etnik
Jawa, Sunda, Bali, Betawi, Batak, Dayak, Sasak, dan lain sebagainya. Selain
itu, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai
subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri yang mencolok. Kelompok itu sering disebut
subkelompok yang menyimpang. Misalnya, kaum homoseks, waria, pecandu obat bius,
dan penganut sekte agama yang dilarang.
2.
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai aspek situasi, yang berkisar
dari interaksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga
dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya
atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu
dengan budaya yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing. Komunikasi
lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap perbedaan budaya.
Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan budaya
sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.
·
Mengenali Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan
mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan
ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis (Boove
dan Thill, 2003:69).
a. Nilai-nilai sosial
Pada umumnya,
penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja keras dan menyelesaikan
tugas-tugas secara efisien. Penggunaan dua pekerja dengan metode kerja modern
dianggap lebih baik daripada dengan menggunakan empat pekerja, tetapi dengan
metode kerja tradisional. Sementara itu, di negara-negara yang angka
penganggurannya tinggi, seperti India dan Pakistan, menciptakan pekerjaan lebih
penting dibandingkan dengan bekerja secara efisien. Oleh karena itu, para
eksekutif di negara tersebut lebih suka memperkerjakan empat orang dibandingkan
dengan dua orang. Nilai-nilai sosial dapat memengaruhi tindakan seseorang.
b. Peran dan Status
Di banyak
negara, wanita belum memainkan peran yang memainkan peran dalam bisnis. Apabila
ada eksekutif wanita yang berkunjung ke negara tersebut, bisa jadi itu
disepelekan atau dianggap tidak seriius. Negara juga menentukan cara seseorang
dalam menunjukkan rasa hormat kepada atasan.
c. Adat Pembuatan Keputusan
Di Amerika Serikat dan Kanada, pelaku bisnis berusaha
mencapai keputusan secepat
dan seefisien
mungkin. Manajer puncak cukup memikirkan hal pokok saja, sedangkan rincian
diserahkan kepada bawahan. Tidak demikian halnya di Yunani, mengabaikan rincian
dianggap sikap menghindar dan tidak dapat dipercaya. Di Pakistan, pengambilan
keputusan cukup dilakukan eksekutif tinggi. Di Cina dan Jepang, pengambilan
keputusan dilakukan secara konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang
panjang. Persetujuan harus lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.
d. Konsep
Mengenai Waktu
Perbedaan
konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. Bagi eksekutif
Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana agar bisa efisien dan
fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. Pengaturan berbagai aktivitas
dibatasi oleh waktu. Bagi ekskekutif di Asia, membangun fondasi hubungan bisnis
jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. Waktu
yang diperlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi
bisnis cukup fleksibel.
e. Konsep
Ruang Pribadi
Ruang memiliki
arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Orang Kanada dan Amerika Serikat
biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai bisnis.
Jarak tersebut terlalu dekat bagi orang Jerman dan Jepang. Akan tetapi bagi
orang Arab dan Amerika Latin, jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.
f. Konteks
Budaya
Konteks budaya
merupakan petunjuk fisik dan pemahaman implisit yang menyertai makna diantara
mereka yang berkomunikasi.
g. Bahasa
Tubuh
Bahasa tubuh
bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang membingungkan. Namun,
bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah pengertian antarbudaya.
Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai bahasa tubuhnya.
Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda yang
dikirimkan oleh bahasa tubuh.
h. Tingkah
Laku
Sesuatu yang
dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain.
Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara suatu negara dengan negara
yang lain.
Contoh Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan
tangan kiri dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap suatu
penghinaan oleh orang Mesir.
i. Tingkah
Laku Legal dan Etis
Di beberapa
negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah
untuk mendapat kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kebiasaan yang rutin
dan tidak dianggap ilegal.
j. Budaya
Perusahaan
Budaya
perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk perasaan
orang mengenai perusahaan dan pekerjaan yang dilakukan, cara
menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan
yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap
perubahan tersebut.
·
Menghadapi Hambatan Bahasa
Bahasa tidak
diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain atas dasar kata-kata. Bahasa
bersifat idiomatik, yang artinya disusun dengan ungkapan dan pengelompokkan
kata yang dapat bertentangan dengan pola umum dari kerangka bahasa itu dan
dapat memiliki arti yang jauh berbeda dari komponen individual apabila
diterjemahkan secara harfiah ( Boove dan Thill 2003:76). Misalnya, slogan pepsi
yang berbunyi “come alive with Pepsi” (hidup
ceria dengan pepsi) diterjemahkan oleh orang Jerman dengan “come out of the grave” (keluar dari
kuburan) dan oleh orang Thailand sebagai “bring your ancestor back from the dead” (membangkitkan
kembali nenek moyang). Jika seseorang
dari Inggris berbicara dengan rekan bisnisnya dari Indonesia dengan Bahasa
Inggris, mungkin akan terjadi kesulitan karena perbedaan pengucapan dan aksen.
Sekelompok karyawan Toyota Jepang yang dipindahkan ke AS mengikuti kelas khusus
untuk belajar mengatakan “jet yet?” yang berarti “did you eat yet?” dan “cannahepya” yang berarti ”can i help you?”. Perbedaan dalam lafal, perubahan vokal,
dan kosakata dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi lintas budaya.
Apabila berhubungan dengan orang yang
sama sekali tidak mengerti bahasa kita, ada tiga pilihan yang dapat dilakukan,
yaitu mempelajari bahasa orang itu, menggunakan perantara atau penerjemah, atau
mengajarkan mereka bahasa kita. Jika memiliki hubungan bisnis jangka panjang
dengan orang dari budaya lain, mempelajari bahasa dan budaya mereka akan lebih
bermanfaat.
3. Mengembangkan
Keterampilan Komunikasi Antar Budaya
·
Negosiasi Lintas Budaya
Negosiasi dengan orang lain yang
memiliki budaya berbeda merupakan suatu bentuk ujian seberapa baik keterampilan
komunikasi anda. Moran, Stahl & Boyer International, sebuah perusahaan
bergerak di bidang pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya dalam dua kelompok
yaitu budaya permukaan (surface
culture) seperti makanan, liburan, gaya hidup, dan budaya tinggi ( deep culture ), yang terdiri atas
sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut. Orang yang
berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi
yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk ketidaksetujuan pun bervariasi.
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seorang
tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan cara yang baik untuk menemukan
bagaiman mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif.
Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu
seseorang beradaptasidalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan
dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda. Mempelajari keterampilan komunikasi
lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap
budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki
budaya berbeda.
Berikut
ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
a.
Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa
orang lain memiliki pandangan sama sampai benar-benar menjadi kenyataan.
b.
Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini
adalah pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang
utuh dan terimalah perbedaan dengan tanpa memberikan pendapat atau penilaian
tentang mereka.
d.
Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan itu
dikomunikasikan melalui suatu gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam
berbagai budaya yang berbeda.
e.
Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan
orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
Daftar Pustaka
Dewi, Sutrisna, 2007. Komunikasi
Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment