Soal Latihan UAS
Manajemen Lintas Budaya
11. Berikan Pendapat anda terhadap proses Globalisasi dan
sertakan alasannya.
Jawab : Proses berlangsungnya Globalisasi. Terbagi
menjadi lima tahap yaitu:
a. Perdagangan yang di lakukan oleh bangsa China dan
India
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia
mengenal perdagangan antar negeri yang di mulai sekitar 1000 dan 1500 SM. Saat
itu pedagang dari China menelusuri negeri lain melaui jalan sutera (darat) dan
jalan laut. Pada masa itu juga di Indonesia pemerintahan di jalankan oleh
kerajaan-kerajaan hindu budha.
b. Perdagangan yang di lakukan oleh pedagang muslim
fase selanjutnya di tandai dengan dominasi perdagangan
kaum muslim di kawasan Asia dan Afrika. Pada masa saat itu juga kerajaan di
Indonesia berganti bercorak islam karena selain berdagang mereka juga
menyebarkan agama islam.
c. Kolonialisasi yang di lakukan oleh bangsa Eropa
kemudian adanya eksplorasi dunia secara besar-besaran
oleh bangsa eropa dengan motto mereka 3G Gold, Glory dan Gospel. Selain itu
tujuan mereka juga mencari rempah-rempah ke negara asalnya agar memperoleh
harga yang lebih murah namun tidak puas dengan hal itu pada akhirnya bangsa
eropa menanamkan kekuasaannya dengan kolonialisasi.
d. Berkembangnya kebutuhan dan industrialisasi
industrialisasi dimulai dengan penemuan mesin uap oleh
James Watt yang pada akhirnya menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin.
Oleh karena itu industri semakin berkembang dan kebutuhan akan bahan baku juga
semakin meningkat serta pasar juga memunculkan berbagai macam perusahaan
multinasional seperti Freeport, Exonmobile dll
e. Era pasar bebas
era pasar bebas ini terjadi akibat runtuhnya komunisme
yang di sokong oleh Uni Soviet hal ini semakin menandai bahwa kapital
liberalisme lebih kuat dan juga pemenang dari perang dingin. Pada akhirnya
negara-negara dulu yang berhaluan komunisme mengubah ideologinya menjadi
capital liberalisme kemudian negara-negara di dunia menyediakan diri sebagai
pasar bebas (liberalisme).
22. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Cultural Risk?
Jawab : Budaya risiko (risk culture) adalah sebuah
praktik organisasi di mana risiko dibahas dan dipertimbangkan sebagai bagian
dari pengambilan keputusan rutin. Istilah “budaya risiko” tidak selalu berarti
memiliki toleransi risiko tinggi atau rendah tetapi menunjukkan bahwa risiko
ditimbang dalam bingkai parameter toleransi risiko yang diterima perusahaan.
33. Jelaskan prasyarat sukses dalam sebagai pengelola /
manajer perusahaan multinasional.
Jawab : Pengelola / manajer perusahaan multinasional harus
dapat memahami bagaimana dimensi budaya yang ada di negara tempat perusahaan
multinasional itu berada. Dan juga melakukan pelatihan bagi karyawan-karyawan
jika ingin ditempatkan di negara cabang perusahaan multinasional berada.
44. Jelaskan peran dan manfaat corporate social responsibility
dalam hubungan perusahaan multi nasional dengan masyarakat di Host Country.
Jawab : Implementasi CSR dalam rangka pengembangan
masyarakat dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek atau objek
program. Manfaat Corporate Sosial Responsibility bagi masyarakat yaitu dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi, dan
investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Berikut ini adalah manfaat CSR
bagi masyarakat:
1
Meningkatknya kesejahteraan
masyaralcat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2
Adanya beasiswa
untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3
Meningkatnya
pemeliharaan fasilitas umum.
4
Adanya pembangunan
desa / fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
55. Jelaskan hubungan Budaya dan Etika dalam pengelolaan
perusahaan multinasional.
Jawab : Etika dan kebudayaan itu tidak dapat kisah
pisahkan. keduanya saling melekat dan saling melengkapi satu dengan yang
lainnya. Karena ketika suatu komunitas itu menciptakan batasan dan
aturan-aturan dalam etika tentu lah berdasarkan dari kebiasaan dan juga hukum
yang berlaku di tempat tersebut. Karena terkadang suatu etika itu tidaklah
berlaku sepanjang masa, tekadang terjadi pelapukan dan pemudaran nilai-nilai
etika. Nah, untuk membentuk ataupun membuat batasan-batasan etika yang baru
diperlukanlah kebudayaan.karena kebudayaan itu merupakan kebiasaaan-kebiasaan
yang berlaku pada suatu komunitas tertentu. Dengan ringkas dapat dikatakan,
kita selalu sibuk menciptakan kebudayaan, karena suatu corak kebudyaan tertentu
di dalamnya ada etika tadi sering mengalami proses pelapukan, memudar, tak lagi
akomodatif, dan tertinggal dari perkembangan zaman yang terus berputar dan
berubah secara sangat cepat. Kita membutuhkan sikap, cara pandang, perilaku,
nilai-nilai, etika, norma dan tradisi yang lebih baru, yangdapat memberi kita
rasa nyaman dalam merespon perkembangan zaman tadi. Dengan kata lain kita
membutuhkan kebudayaan sekaligus dengan unsur etikanya tadi untuk bisa menjaga
kelangsungan hidup di tengah perputaran dan perubahan-perubahan zaman. Maka
agar kebutuhan itu terpenuhi kita harus kreatif mencipta. Mungkin mencipta
etika, hanya sebagian, mungkin mencipta kebudayaan secara keseluruhan. Di sini
berarti, bila kita menciptakan etika, sekaligus kita menciptakan hukum. Bagi
manusia yang “berbudaya”, yang menjaga tata aturan hidup dari urusan sopan dan tidak
sopan, layak dan tidak layak, maka perkara malu dan tidak malu, pantas dan tidak
pantas, nista atau mulia, merupakan perkara penting dan sensitif, dan dijaga
dengan baik agar segenap tingkah lakunya tak tercemar dari sudut etika tadi.
Maka dari itu, jelaslah bahwa manusia itu membutuhkan kebudayaan dan juga
aturan– aturan etika agar bisa mengikuti perkembangan zaman.Maka agar kebutuhan
itu terpenuhi kita harus kreatif mencipta. Mungkin mencipta etika, hanya
sebagian, mungkin mencipta kebudayaan secara keseluruhan.
66. Jelaskan Resiko manajemen perusahaan multi nasional bila
gagal memahami Budaya Negara Inang (Host Country).
Jawab : Budaya perusahaan merupakan energi yang dapat
menggerakkan orang-orang untuk bekerja. Budaya perusahaan sering juga disebut
budaya korporat merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam
organisasi dan digunakan sebagai acuan atau pedoman kerja karyawan. Resiko yang
akan terjadi jika manajemen gagal memahami budaya Host Country :
a.
Tidak adanya
inovasi dan keberanian mengambil keputusan
b.
Sulit terbentuknya
komitmen dan pemikiran yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang
c.
Tidak dapat memperkuat
standar perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan
d.
Sulit melakukan
adaptasi
e.
Tidak dapat membangun
sistem kontrol organisasi secara menyeluruh
77. Jelaskan pengertian Budaya Masyarakat.
Jawab : Budaya masyarakat, yang kadang-kadang disebut
"cerita rakyat" atau "folklife," adalah ekspresi budaya
yang hidup dalam kehidupan sehari-hari. Budaya siapa pun dipelajari dan disampaikan secara informal
dari orang ke orang. Pasti hidup dan sekarang menjadi folklife, meski mungkin
sudah ada dalam rentang waktu yang lama. Ke mana saja orang mengambil
pengalaman hidup mereka dan mengubahnya menjadi nyanyian, cerita, hiasan,
ritual, dan perayaan - contoh cerita rakyat yang disebut "budaya
ekspresif". Bila ungkapan seperti itu mengkomunikasikan pengalaman,
pemikiran, dan perasaan bersama kelompok, dan diteruskan ke orang lain, mereka
menjadi tradisi.
88. Jelaskan Dimensi Budaya menurut ahli Budaya Greets
Hofstede.
Jawab : Enam dimensi budaya menurut ahli Budaya Greets
Hofstede :
a. Power
Distance (Jarak Kekuasaan)
Power Distance atau jarak kekuasaan adalah sejauh mana
anggota dari suatu organisasi atau lembaga yang berada dalam posisi yang kurang
kuat menerima dan berharap kekuasaan didistribusikan secara tidak merata.
Dimensi budaya yang mendukung jarak kekuasaan rendah (Small Power Distance)
mengharapkan dan menerima hubungan kekuasaan secara lebih konsultatif atau
demokratis. Orang berhubungan satu sama lain terlepas dari posisi formalitas
mereka. Bawahan mersaa lebih nyaman serta menuntut hak untuk berkontribusi
dalam pengambilan keputusan. Di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi
(large power distance) cenderung menggunakan hubungan kekuasaan yang lebih
otokratis dan paternalistik. Bawahan mengakui kekuatan orang lain hanya
berdasarkan dimana mereka berada dalam struktur formal atau posisi hirarki
tertentu.
b. Individualism
vs. Collectivism
Masalah mendasar yang dialamatkan oleh dimensi ini
adalah tingkat saling ketergantungan yang dimiliki masyarakat di antara
anggotanya. Ini berkaitan dengan apakah citra diri seseorang didefinisikan
dalam istilah "Saya" atau "Kami". Dalam masyarakat
Individualist orang seharusnya menjaga diri dan keluarga langsung mereka saja.
Dalam masyarakat kolektivis orang tergabung dalam 'kelompok' yang mengurus
mereka sebagai imbalan kesetiaan.
c. Masculinity
vs. Feminity
Skor tinggi (maskulin) pada dimensi ini menunjukkan
bahwa masyarakat akan didorong oleh persaingan, prestasi dan kesuksesan, dengan
keberhasilan didefinisikan oleh "pemenang" atau
"best-in-the-field." Sistem nilai ini dimulai di sekolah dan
berlanjut sepanjang hidup seseorang - baik dalam kegiatan kerja maupun
rekreasi.
Nilai rendah (Feminine) pada dimensi berarti bahwa nilai dominan dalam masyarakat adalah merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah masyarakat Feminine adalah satu di mana kualitas hidup adalah tanda kesuksesan dan berdiri keluar dari keramaian tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).
Nilai rendah (Feminine) pada dimensi berarti bahwa nilai dominan dalam masyarakat adalah merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah masyarakat Feminine adalah satu di mana kualitas hidup adalah tanda kesuksesan dan berdiri keluar dari keramaian tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).
d. Uncertainly
Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Dimensi
Ketidakpastian Penghindaran berkaitan dengan cara masyarakat menghadapi fakta
bahwa masa depan tidak akan pernah diketahui: haruskah kita mencoba
mengendalikan masa depan atau membiarkannya terjadi? Ambiguitas ini membawa
kegelisahan dan budaya yang berbeda telah belajar menghadapi kegelisahan ini
dengan cara yang berbeda. Sejauh mana anggota budaya merasa terancam oleh
situasi yang ambigu atau tidak diketahui dan telah menciptakan kepercayaan dan
institusi yang mencoba untuk menghindari hal ini tercermin dalam skor
Penghindaran Ketidakpastian.
e. Long-Term
and Short-Term Orientation
Dimensi
ini menggambarkan bagaimana setiap masyarakat harus memelihara beberapa
hubungan dengan masa lalunya saat menghadapi tantangan masa kini dan masa
depan, dan masyarakat memprioritaskan kedua tujuan eksistensial ini secara
berbeda. Masyarakat normatif yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini,
misalnya, lebih memilih untuk mempertahankan tradisi dan norma yang dihormati
saat melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Mereka yang memiliki budaya
yang dinilai tinggi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih pragmatis:
mereka mendorong penghematan dan upaya pendidikan modern sebagai cara untuk
mempersiapkan masa depan.
f.
Indulgence vs. Restraint
Salah satu tantangan yang dihadapi umat manusia,
sekarang dan di masa lalu, adalah sejauh mana anak-anak kecil disosialisasikan.
Tanpa sosialisasi kita tidak menjadi "manusia". Dimensi ini
didefinisikan sebagai sejauh mana orang mencoba mengendalikan keinginan dan
dorongan mereka, berdasarkan cara mereka dibesarkan. Kontrol yang relatif lemah
disebut "Indulgence" dan kontrol yang relatif kuat disebut
"Restraint". Oleh karena itu, budaya dapat digambarkan sebagai Indulgent
atau Restrained.
99. Apa fungsi Budaya dalam kehidupan masyarakat dan organisasi?
Jelaskan.
Jawab : Fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat sebagai
berikut:
a. Melindungi diri
dari alam.
Hasil karya manusia melahirkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.
Dengan teknologi, manusia dapat memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan
hidupnya, sehingga manusia dapat menguasai alam.
b. Mengatur tindakan
manusia.
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat
istiadat yang kesemuanya itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia
bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya.
Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai
“design for living” artinya kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang
perikelakuan atau “blue print for behavior’ yang menetapkan peraturan-peraturan
mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
c. Sebagai wadah
segenap perasaan.
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat
mengungkapkan perasaan seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan
keinginan, misalnya dengan adanya seni-seni dalam masyarakat.
Fungsi budaya
dalam organisasi :
1. Membantu menciptakan rasa memilki jati diri bagi
pekerja
2. Dapat dipakai untuk mengembangkan keikatan pribadi
dengan organisasi
3. Membantu stabilisasi organisasi sebagai suatu system
social
4. Menyajikan pedoman prilaku, sebagai hasil dari
norma-norma perilaku yang sudah terbetuk.
110. Berikan 5 jenis contoh conflict Budaya dan jelaskan
sumber atau penyebabnya .
Jawab :
1.
Para tokoh
masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani
menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan
kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga
harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial
di masyarakat. Konflik ini terjadi akibat perbedaan kepentingan.
2.
Pada masyarakat pedesaan
yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang
disusun dalamorganisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah
menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat
atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. Konflik ini
terjadi akibat perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat
3.
ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur. Konflik ini terjadi akibat perbedaan individu, yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan.
4.
Perbedaan antara
suku Dayak dan Madura biasanya konflik terjadi karena adanya perbedaan dalam
sikap,kepercayaan,nilai,atau kebutuhan.seperti suku madura yang memiliki perilaku
yang langsung merespon amarah yang cenderung melalui kekerasan,kekerasan ini
pulalah yang mudah menimbulkan konflik dengan suku lain. Peperangan antara suku
dayak dan madura merupakan kerusuhan yang berskala besar,perbedaan budaya jelas
menjadi alasan perang antar suku ini terjadi.
5. Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu
konflik. Konflik ini terjadi akibat perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
111. Dalam pengelolaaan fungsi Perusahaan identifikasi dan jelaskan
Dimensi Budaya apa yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan:
a. Pemasaran.
b. Organisasi perusahaan.
c. Operasional.
d. Sumber Daya Manusia.
e. Keuangan
jawab :
Dimensi budaya yang harus diperhatikan dalam merumuskan
kebijakan :
a.
Pemasaran
Individualisme/kolektivisme,
penghindaran ketidakpastian, dan pengaruh kekuasan. Salah satu aspek yang
paling berpengaruh dalam pemasaran terutama pemasaran internasional adalah
faktor budaya. Pemasar internasional harus mengetahui pengaruh budaya dan harus
menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi akibat adanya aspek
busaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan batas wilayah memiliki budya yang
berbeda-beda.
b.
Organisasi
perusahaan
mempengaruhi
perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau
bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi
dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi serta
dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya.
c.
Operasional
meliputi bahan dan
fasilitas yang dipakai saat kita melaksanakan suatu bisnis internasional sesuai
dengan budaya yang berlaku, sumber bahan baku yang diperoleh apakah bisa atau
tidak kita dapatkan dalam suatu wilayah yang berbeda.
d.
Sumber daya manusia
kita tidak bisa
lepas dari pengembangan sumber daya manusia. Karena dalam pengembangan budaya
organisasi yang menjadi objek dan subyek dari budaya adalah manusia.
Pengembangan sumber daya manusia ini haruslah mengarah pada pengembangan budaya
organisasi. Pengembangan sumber daya manusia ini tidak lain untuk mencapai
budaya organisasi yang kuat. Budaya organisasi yang kuat ini akan memberi
dampak yang positif bagi organisasi tersebut.
e.
Keuangan
mengenai alokasi
modal yang dapat atau tidak berpengaruh terhadap suatu wilayah tersebut atau
kebiasaan-kebiasaan yang dianut di dalam wilayah . Jadi dalam pengelolaan
fungsi-fungsi perusahaan tersebut dimensi budaya yang harus diperhatikan yaitu
Individualisme vs. Kolektivisme karena dalam beberapa budaya, individu
ditekankan sementara di negara lain kelompok ditekankan.
112. Jelaskan :
a.
Karakteristik individu
yang berasal dari Amerika, Korea, Malaysia dan Inggris.
Jawab :
1.
Amerika
a.
Power Distance (Jarak
Kekuasaan)
Nilai Amerika pada dimensi ini 40. Perbedaan tingkat antara
atasan serta bawahan tidak terlalu dipermasalahkan atau bersifat egaliter.
b.
Individualism vs.
Collectivism
Premis Amerika tentang
"kebebasan dan keadilan untuk semua." Hal ini dibuktikan dengan
penekanan eksplisit pada hak yang sama di semua aspek masyarakat Amerika dan
pemerintah. Dalam organisasi Amerika, hirarki didirikan untuk kenyamanan,
atasan dapat diakses dan para manajer bergantung pada karyawan dan tim
individual atas keahlian mereka. Baik manajer dan karyawan berharap untuk
diajak berkonsultasi dan informasi sering digunakan bersama. Pada saat
bersamaan, komunikasi bersifat informal, langsung dan partisipatif. Masyarakat
secara longgar-rajin di mana ekspektasi adalah bahwa orang menjaga diri mereka
sendiri dan keluarga dekat mereka saja dan tidak boleh terlalu bergantung pada
otoritas untuk mendapatkan dukungan. Ada juga mobilitas geografis yang tinggi
di Amerika Serikat. Orang Amerika adalah anggota joiner terbaik di dunia; Namun
seringkali sulit, terutama di kalangan pria, untuk mengembangkan persahabatan
yang dalam. Orang Amerika terbiasa melakukan bisnis atau berinteraksi dengan
orang yang tidak mereka kenal dengan baik. Akibatnya, orang Amerika tidak malu
mendekati calon rekan kerja mereka untuk mendapatkan atau mencari informasi. Di
dunia bisnis, karyawan diharapkan bisa mandiri dan menampilkan inisiatif.
Selain itu, dalam dunia kerja berbasis pertukaran kita melihat bahwa
perekrutan, promosi dan keputusan didasarkan pada prestasi atau bukti dari apa
yang telah dilakukan atau dapat dilakukan.
c.
Masculinity vs.
Feminity
Skor AS
terhadap maskulinitas tinggi pada skor 62, dan ini dapat dilihat pada pola
perilaku khas Amerika. Hal ini dapat dijelaskan dengan kombinasi dorongan
maskulinitas tinggi bersamaan dengan dorongan Individualis di dunia. Dengan
kata lain, orang Amerika, sehingga untuk berbicara, semua menunjukkan dorongan
maskulin mereka secara individu. Inggris, bagaimanapun, memiliki budaya yang
sama dalam hal ini. Kombinasi Amerika ini
mencerminkan dirinya sebagai berikut:
Perilaku di sekolah, pekerjaan, dan permainan didasarkan
pada nilai-nilai bersama bahwa orang harus "berusaha menjadi yang terbaik
semampu mereka" dan bahwa "pemenangnya mengambil semua".
Akibatnya, orang Amerika akan cenderung untuk menampilkan dan berbicara secara
bebas tentang "kesuksesan" dan prestasi mereka dalam kehidupan. Ada
mentalitas "bisa-lakukan" yang menciptakan banyak dinamisme di
masyarakat, karena diyakini bahwa selalu ada kemungkinan untuk melakukan
sesuatu dengan cara yang lebih baik Biasanya, orang Amerika "hidup untuk
bekerja" sehingga mereka dapat memperoleh uang Imbalan dan sebagai
konsekuensinya mencapai status yang lebih tinggi berdasarkan seberapa bagusnya.
Banyak pekerja kerah putih akan pindah ke lingkungan yang lebih mewah setelah
masing-masing dan setiap promosi substansial. Dipercaya bahwa tingkat konflik
tertentu akan menghasilkan orang terbaik, karena ini adalah tujuan untuk
menjadi "pemenang". Sebagai konsekuensinya, kita melihat banyak
polarisasi dan kasus pengadilan. Mentalitas ini saat ini merongrong premis
Amerika tentang "kebebasan dan keadilan bagi semua orang."
Ketidaksetaraan yang meningkat membahayakan demokrasi, karena kesenjangan yang
melebar di antara kelas-kelas dapat secara perlahan mendorong Power Distance up
dan Individualism down
d.
Uncertainly Avoidance
(Menghindari Ketidakpastian)
Nilai AS di bawah rata-rata, dengan skor rendah 46, pada
dimensi Ketidakpastian Ketidakpastian. . Sebagai konsekuensinya, konteks yang
dirasakan di mana orang Amerika mendapati dirinya akan mempengaruhi tingkah
laku mereka lebih banyak daripada jika budaya tersebut dapat mencetak lebih
tinggi atau lebih rendah. Dengan demikian, pola budaya ini mencerminkan dirinya
sebagai berikut:
Ada tingkat penerimaan yang adil untuk gagasan baru, produk inovatif dan kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru atau berbeda, entah itu berkaitan dengan teknologi, praktik bisnis atau makanan. Orang Amerika cenderung lebih toleran terhadap gagasan atau opini dari siapapun dan membiarkan kebebasan berekspresi. Pada saat yang sama, orang Amerika tidak memerlukan banyak peraturan dan kurang ekspresif secara emosional daripada budaya dengan nilai lebih tinggi. Pada saat yang sama, 9/11 telah menciptakan banyak ketakutan di masyarakat Amerika yang berpuncak pada upaya pemerintah untuk memantau semua orang melalui NSA dan organisasi keamanan lainnya.
Ada tingkat penerimaan yang adil untuk gagasan baru, produk inovatif dan kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru atau berbeda, entah itu berkaitan dengan teknologi, praktik bisnis atau makanan. Orang Amerika cenderung lebih toleran terhadap gagasan atau opini dari siapapun dan membiarkan kebebasan berekspresi. Pada saat yang sama, orang Amerika tidak memerlukan banyak peraturan dan kurang ekspresif secara emosional daripada budaya dengan nilai lebih tinggi. Pada saat yang sama, 9/11 telah menciptakan banyak ketakutan di masyarakat Amerika yang berpuncak pada upaya pemerintah untuk memantau semua orang melalui NSA dan organisasi keamanan lainnya.
e.
Long-Term and
Short-Term Orientation
Skor Amerika Serikat normatif pada dimensi kelima dengan
skor rendah 26. Hal ini tercermin dari hal berikut:
Orang Amerika cenderung menganalisa informasi baru untuk
memeriksa apakah itu benar. Dengan demikian, budaya tidak membuat kebanyakan
orang Amerika berpikiran pragmatis, tapi ini tidak boleh disalahartikan dengan
kenyataan bahwa orang Amerika sangat praktis, tercermin dari mentallitas
"bisa-lakukan" yang disebutkan di atas. Polarisasi yang disebutkan di
atas adalah, untuk berbicara, diperkuat oleh fakta bahwa banyak orang Amerika
memiliki gagasan yang sangat kuat tentang apa yang "baik" dan
"jahat". Hal ini mungkin menyangkut masalah seperti aborsi,
penggunaan narkoba, euthanasia, senjata atau ukuran dan hak pemerintah versus
Amerika dan versus warga negara. AS adalah satu-satunya negara
"Kaukasia" di dunia di mana, sejak awal abad ke-20, gereja yang
berkunjung meningkat. Kenaikan ini juga terlihat di beberapa republik
pasca-Soviet seperti Rusia. Bisnis Amerika mengukur kinerja mereka secara
jangka pendek, dengan laporan laba rugi dikeluarkan setiap tiga bulan. Hal ini
juga mendorong individu untuk berusaha mendapatkan hasil yang cepat di tempat
kerja.
f.
Indulgence vs.
Restraint
Amerika Serikat mendapat nilai sebagai masyarakat yang
memanjakan diri (68) pada dimensi keenam. Ini, dikombinasikan dengan nilai
normatif, tercermin dari sikap dan perilaku kontradiktif berikut ini:
Bekerja keras dan bermain keras. Negara-negara telah
mengobarkan perang melawan narkoba dan masih sangat sibuk melakukannya, namun
kecanduan narkoba di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di banyak negara
kaya lainnya. Ini adalah masyarakat yang bijaksana namun bahkan beberapa
penginjil terkenal tampaknya tidak bermoral.
2.
Korea
a.
Power Distance (Jarak
Kekuasaan)
Pada skor menengah 60, Korea Selatan adalah masyarakat yang
sedikit hierarkis. Ini berarti bahwa orang menerima tatanan hierarkis di mana
setiap orang memiliki tempat dan tidak memerlukan justifikasi lebih lanjut.
Hirarki dalam sebuah organisasi dipandang mencerminkan ketidaksetaraan yang
inheren, sentralisasi sangat populer, bawahan berharap diberi tahu apa yang
harus dilakukan dan bos ideal adalah seorang otokrat yang baik hati.
b.
Individualism vs.
Collectivism
Korea Selatan, dengan skor 18 dianggap sebagai masyarakat
kolektif. Hal ini terwujud dalam komitmen jangka panjang yang dekat dengan
'kelompok' anggota, apakah itu keluarga, keluarga besar, atau hubungan yang
diperluas. Kesetiaan dalam budaya kolektivis sangat penting, dan terlalu banyak
mengatur peraturan dan peraturan masyarakat lainnya. Masyarakat memupuk
hubungan yang kuat di mana setiap orang bertanggung jawab atas sesama anggota
kelompok mereka. Dalam pelanggaran masyarakat kolektif menyebabkan rasa malu
dan kehilangan muka, hubungan majikan / karyawan dirasakan dalam istilah moral
(seperti hubungan keluarga), keputusan perekrutan dan promosi memperhitungkan
kelompok dalam karyawan, manajemen adalah pengelolaan kelompok
c.
Masculinity vs.
Feminity
Korea Selatan mencetak 39 pada dimensi ini dan oleh karena
itu dianggap sebagai masyarakat Feminin. Di negara-negara Feminine, fokusnya
adalah pada "bekerja untuk hidup", para manajer berusaha untuk
mendapatkan konsensus, orang menghargai kesetaraan, solidaritas dan kualitas
dalam kehidupan kerja mereka. Konflik diselesaikan dengan kompromi dan
negosiasi. Insentif seperti waktu luang dan fleksibilitas disukai. Fokus adalah
pada kesejahteraan, status tidak ditunjukkan. Seorang manajer yang efektif
adalah orang yang mendukung, dan pengambilan keputusan dicapai melalui
keterlibatan.
d.
Uncertainly Avoidance
(Menghindari Ketidakpastian)
Di 85 Korea Selatan adalah salah satu negara penghindaran
yang paling tidak pasti di dunia. Negara-negara yang menunjukkan Penghindaran
Ketidakpastian Tinggi mempertahankan kode keyakinan dan perilaku yang kaku dan
tidak toleran terhadap perilaku dan gagasan yang tidak lazim. Dalam budaya ini
ada kebutuhan emosional akan peraturan (walaupun peraturan sepertinya tidak
pernah bekerja) waktu adalah uang, orang memiliki keinginan untuk sibuk dan
bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu adalah norma, inovasi dapat dilawan,
keamanan adalah elemen penting dalam motivasi individu.
e.
Long-Term and
Short-Term Orientation
Masyarakat normatif yang memiliki nilai rendah pada dimensi
ini, misalnya, lebih memilih untuk mempertahankan tradisi dan norma yang
dihormati saat melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Mereka yang memiliki
budaya yang dinilai tinggi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih
pragmatis: mereka mendorong penghematan dan upaya pendidikan modern sebagai
cara untuk mempersiapkan masa depan.
Pada skor 100, Korea Selatan mendapat nilai sebagai salah
satu masyarakat dengan orientasi jangka panjang yang paling pragmatis. Gagasan
tentang Tuhan satu-satunya dan maha kuasa tidak asing bagi orang Korea Selatan.
Orang menjalani hidup mereka dipandu oleh kebajikan dan contoh praktis yang
bagus. Di perusahaan Korea Selatan, Anda melihat orientasi jangka panjang
dalam, tingkat permodalan yang lebih tinggi, prioritas untuk mempertahankan
pertumbuhan pangsa pasar daripada keuntungan kuartalan, dan seterusnya. Mereka
semua melayani daya tahan perusahaan. Gagasan di balik itu adalah bahwa
perusahaan tidak ada di sini untuk menghasilkan uang setiap kuartal bagi
pemegang saham, tapi untuk melayani pemangku kepentingan dan masyarakat luas
selama beberapa generasi yang akan datang.
f.
Indulgence vs.
Restraint
Dengan skor 29 yang rendah, masyarakat Korea Selatan
terbukti menjadi salah satu pengekangan. Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi
ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan
masyarakat yang memanjakan, masyarakat yang tertahan tidak memberi banyak
penekanan pada waktu senggang dan mengendalikan gratifikasi keinginan mereka.
Orang dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi
oleh norma sosial dan merasa bahwa memanjakan diri mereka sendiri agak salah.
3.
Malaysia
a.
Power Distance (Jarak
Kekuasaan)
Nilai Malaysia sangat tinggi pada dimensi ini (skor 100)
yang berarti bahwa orang menerima tatanan hirarkis di mana setiap orang
memiliki tempat dan tidak memerlukan justifikasi lebih lanjut. Hirarki dalam
sebuah organisasi dipandang mencerminkan ketidaksetaraan yang inheren,
sentralisasi sangat populer, bawahan berharap diberi tahu apa yang harus
dilakukan dan bos ideal adalah seorang otokrat yang baik hati. Tantangan
kepemimpinan tidak diterima dengan baik.
b.
Individualism vs.
Collectivism
Malaysia, dengan skor 26 adalah masyarakat kolektivis. Hal
ini terwujud dalam komitmen jangka panjang yang dekat dengan kelompok
"anggota", apakah itu keluarga, keluarga besar atau hubungan yang
diperluas. Kesetiaan dalam budaya kolektivis sangat penting dan mengesampingkan
sebagian besar peraturan dan peraturan masyarakat lainnya. Masyarakat semacam
itu memupuk hubungan yang kuat, di mana setiap orang bertanggung jawab atas
sesama anggota kelompok mereka. Dalam masyarakat kolektif, pelanggaran
menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka. Hubungan majikan / karyawan
dirasakan dalam istilah moral (seperti hubungan keluarga), perekrutan dan
promosi memperhitungkan kelompok dalam karyawan. Manajemen adalah pengelolaan
kelompok
c.
Masculinity vs.
Feminity
Nilai rendah (Feminine) pada dimensi berarti bahwa nilai
dominan dalam masyarakat adalah merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah
masyarakat Feminine adalah satu di mana kualitas hidup adalah tanda kesuksesan
dan berdiri keluar dari keramaian tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini
adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau
menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).
Dengan nilai antara 50, preferensi untuk dimensi ini tidak
dapat ditentukan.
d.
Uncertainly Avoidance
(Menghindari Ketidakpastian)
Nilai Malaysia 36 pada dimensi ini dan karenanya memiliki
preferensi rendah untuk menghindari ketidakpastian. Masyarakat UAI yang rendah
mempertahankan sikap yang lebih santai di mana praktik lebih penting daripada
prinsip dan penyimpangan dari norma yang lebih mudah ditolerir. Dalam
masyarakat yang menunjukkan UAI rendah, orang percaya seharusnya tidak ada
peraturan lebih dari yang diperlukan dan jika mereka ambigu atau tidak bekerja,
mereka harus dihapuskan atau diubah. Jadwal fleksibel, kerja keras dilakukan
bila diperlukan tapi tidak demi kepentingannya sendiri. Presisi dan ketepatan
waktu tidak datang secara alami, inovasi tidak dipandang mengancam.
e.
Long-Term and
Short-Term Orientation
Skor rendah 41 dalam dimensi ini berarti Malaysia memiliki
budaya normatif. Orang-orang di masyarakat seperti itu memiliki kepedulian yang
kuat dalam membangun Kebenaran yang mutlak; Mereka normatif dalam pemikiran
mereka. Mereka menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap tradisi,
kecenderungan yang relatif kecil untuk menyelamatkan masa depan, dan fokus pada
pencapaian hasil yang cepat.
f.
Indulgence vs.
Restraint
Skor tinggi Malaysia 57 menunjukkan bahwa budaya adalah
salah satu indulgensi. Orang-orang dalam masyarakat yang tergolong oleh nilai
tinggi dalam Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk mewujudkan dorongan
dan hasrat mereka untuk menikmati kehidupan dan bersenang-senang. Mereka
memiliki sikap positif dan memiliki kecenderungan terhadap optimisme. Selain
itu, mereka menempatkan tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada waktu
senggang, bertindak sesuai keinginan dan menghabiskan uang sesuai keinginan
mereka.
4.
Inggris
a.
Power Distance (Jarak
Kekuasaan)
Pada skor 35 Inggris berada pada peringkat yang lebih
rendah dari PDI - yaitu sebuah masyarakat yang percaya bahwa ketidaksetaraan di
antara orang-orang harus diminimalkan. Yang menarik adalah bahwa penelitian
menunjukkan indeks PD lebih rendah di antara kelas yang lebih tinggi di Inggris
daripada di antara kelas pekerja. Skor PDI pada awalnya nampak tidak sesuai
dengan sistem kelas Inggris yang mapan dan historis dan memperlihatkan ketegangan
inheren dalam budaya Inggris - antara pentingnya peringkat kelahiran di satu
sisi dan keyakinan mendalam bahwa di mana Anda dilahirkan seharusnya tidak
membatasi seberapa jauh Anda bisa melakukan perjalanan dalam hidup. Rasa fair
play mendorong kepercayaan bahwa orang harus diperlakukan dengan cara yang
sama.
b.
Individualism vs.
Collectivism
Pada skor 89 Inggris termasuk di antara nilai Individualist
tertinggi, hanya dipukuli oleh beberapa negara persemakmuran yang melahirkannya
yaitu Australia dan Amerika Serikat. Orang Inggris adalah individu yang sangat
Individualis dan pribadi. Anak-anak diajari sejak usia dini untuk berpikir
sendiri dan untuk mengetahui apa tujuan unik mereka dalam hidup dan bagaimana
mereka secara unik dapat berkontribusi pada masyarakat. Rute menuju kebahagiaan
adalah melalui pemenuhan pribadi. Seiring kemakmuran Inggris meningkat dalam
dekade terakhir, dengan kekayaan juga 'menyebar ke Utara', sebuah fenomena yang
banyak dibahas adalah munculnya apa yang telah dilihat sebagai konsumerisme
yang merajalela dan penguatan budaya 'ME'.
c.
Masculinity vs.
Feminity
Pada skor 66, Inggris adalah masyarakat Maskulin - sangat
berorientasi pada kesuksesan dan penggerak. Titik kunci kebingungan bagi orang
asing terletak pada kontradiksi antara budaya kerendahan hati dan pernyataan
Inggris yang bertentangan dengan sistem nilai keberhasilan yang digerakkan
dalam budaya. Kritis untuk memahami Inggris adalah mampu '' membaca di antara
garis-garis '' Apa yang dikatakan tidak selalu apa yang dimaksud. Dibandingkan
dengan budaya Feminine seperti negara-negara Skandinavia, orang-orang di
Inggris hidup untuk bekerja dan memiliki ambisi kinerja yang jelas.
d.
Uncertainly Avoidance
(Menghindari Ketidakpastian)
Pada usia 35 tahun Inggris memiliki skor rendah mengenai
Penghindaran Ketidakpastian yang berarti bahwa sebagai sebuah negara mereka
cukup senang untuk bangun tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada hari itu
dan mereka dengan senang hati 'memperbaikinya seiring berjalannya waktu'
mengubah rencana saat informasi baru datang. untuk menerangi. Sebagai negara
UAI yang rendah, Inggris merasa nyaman dalam situasi ambigu - istilah 'kacau'
adalah cara yang sangat Inggris untuk mengungkapkan hal ini. Umumnya ada aturan
yang tidak terlalu banyak dalam masyarakat Inggris, tapi yang ada dipatuhi
(yang paling terkenal tentu saja dari Inggris suka mengantri yang juga
berkaitan dengan nilai fair play).
Dalam hal kerja, hal ini menghasilkan perencanaan yang
tidak berorientasi pada detail - tujuan akhir akan menjadi jelas (karena MAS
tinggi) namun detail tentang bagaimana kita sampai di sana akan menjadi cahaya
dan proses cairan yang sebenarnya dan fleksibel terhadap lingkungan yang sedang
berkembang dan berubah. Perencanaan horison juga akan lebih pendek. Yang
terpenting, kombinasi dari bangsa yang sangat individualis dan penasaran adalah
tingkat kreativitas dan kebutuhan inovasi yang tinggi. Apa yang berbeda itu
menarik! Hal ini muncul di seluruh masyarakat baik humor, konsumerisme berat
untuk produk baru dan inovatif dan industri kreatif yang sangat pesat yang
berkembang dalam - periklanan, pemasaran, rekayasa keuangan.
e.
Long-Term and
Short-Term Orientation
Dengan nilai antara 51 dalam dimensi ini, preferensi
dominan dalam budaya Inggris tidak dapat ditentukan.
f.
Indulgence vs. Restraint
Skor tinggi 69 menunjukkan bahwa budaya Inggris adalah
salah satu yang tergolong indulgent. Orang-orang dalam masyarakat yang
tergolong oleh nilai tinggi dalam Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk
mewujudkan dorongan dan hasrat mereka untuk menikmati kehidupan dan
bersenang-senang. Mereka memiliki sikap positif dan memiliki kecenderungan
terhadap optimisme. Selain itu, mereka menempatkan tingkat kepentingan yang
lebih tinggi pada waktu senggang, bertindak sesuai keinginan dan menghabiskan
uang sesuai keinginan mereka.
113. Aspek apa yang harus di adaptasi oleh warga Indonesia
yang bekerja di:
a. Amerika.
b. Korea.
c. Inggris.
Jawab :
a.
Amerika
- Power distance,
berbeda dengan Indonesia di AS perbedaan tingkat antara atasan serta bawahan tidak
terlalu dipermasalahkan atau bersifat egaliter.
- Individualism,
dibanding dengan Indonesia dengan 19 individualism di AS skornya 91.
- Masculinity karena
Indonesia skor 46 termasuk dalam feminine, Skor AS terhadap maskulinitas tinggi
pada skor 62.
- Skor Amerika
Serikat normatif pada dimensi kelima dengan skor rendah 26. Long-Term and
Short-Term Orientation, hal ini tercermin dari hal berikut: Orang Amerika
cenderung menganalisa informasi baru untuk memeriksa apakah itu benar. Dengan
demikian, budaya tidak membuat kebanyakan orang Amerika berpikiran pragmatis,
tapi ini tidak boleh disalahartikan dengan kenyataan bahwa orang Amerika sangat
praktis, tercermin dari mentallitas "bisa-lakukan" yang disebutkan di
atas.
- Indulgence vs.
Restrain, AS mendapat nilai sebagai masyarakat yang memanjakan diri (68) pada
dimensi keenam. Ini, dikombinasikan dengan nilai normatif, tercermin dari sikap
dan perilaku kontradiktif berikut ini: Bekerja keras dan bermain keras.
Negara-negara telah mengobarkan perang melawan narkoba dan masih sangat sibuk
melakukannya, namun kecanduan narkoba di Amerika Serikat lebih tinggi daripada
di banyak negara kaya lainnya.
b. Korea
- Uncertainly
Avoidance (Menghindari Ketidakpastian). Berbeda dengan Indonesia 48, di skor 85
Korea Selatan adalah salah satu negara penghindaran yang paling tidak pasti di
dunia. Negara-negara yang menunjukkan Penghindaran Ketidakpastian Tinggi
mempertahankan kode keyakinan dan perilaku yang kaku dan tidak toleran terhadap
perilaku dan gagasan yang tidak lazim.
- Long-Term and Short-Term Orientation, pada
skor 100, Korea Selatan mendapat nilai sebagai salah satu masyarakat dengan
orientasi jangka panjang yang paling pragmatis. Gagasan tentang Tuhan
satu-satunya dan maha kuasa tidak asing bagi orang Korea Selatan.
c.
Inggris
- Power Distance (Jarak Kekuasaan), Pada skor
35 Inggris berada pada peringkat yang lebih rendah dari Indonesia,yaitu sebuah
masyarakat yang percaya bahwa ketidaksetaraan di antara orang-orang harus
diminimalkan
- Individualism
vs. Collectivism, skor
Indonesia rendah 14 dibanding pada skor
89 Inggris termasuk di antara nilai Individualist tertinggi. Orang
Inggris adalah individu yang sangat Individualis dan pribadi.
- Masculinity
vs. Feminity, Indonesia dengan
skor 48 termasuk negara feminine, sedang pada skor 66, Inggris adalah masyarakat Maskulin - sangat
berorientasi pada kesuksesan dan penggerak. Titik kunci kebingungan bagi orang
asing terletak pada kontradiksi antara budaya kerendahan hati dan pernyataan Inggris
yang bertentangan dengan sistem nilai keberhasilan yang digerakkan dalam
budaya.
- Indulgence
vs. Restraint, Indonesia dengan
skor lebih rendah yaitu 38, dengan skor
tinggi 69 menunjukkan bahwa budaya Inggris adalah salah satu yang tergolong
indulgent. Orang-orang dalam masyarakat yang tergolong oleh nilai tinggi dalam
Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk mewujudkan dorongan dan hasrat
mereka untuk menikmati kehidupan dan bersenang-senang
114. Jelaskan pengertian theory Atribusi dan dampaknya dalam
komunikasi.
Jawab : Teori
atribusi adalah teori yang memiliki argumentasi mengenai perilaku seseorang.
Menurut Ivancevics, teori atribusi merupakan suatu suatu proses di mana
individu berusaha untuk menjelaskan alasan dari suatu peristiwa. Teori atribusi
menjelaskan bagaimana perilaku orang lain maupun diri sendiri ditinjau dari
faktor internal yang dilakukan seseorang atau individu berdasarkan kemauan
dirinya sendiri. Sedangkan perilaku eksternal seseorang atau individu ditinjau
berdasarkan situasi dimana seseorang atau individu itu berada yang menjadi
sebab munculnya perilaku seseorang. Atribusi merupakan hal yang penting dalam
komunikasi, dikarenakan manusia membutuhkan untuk membuat penjelasan mengapa
hal itu terjadi, juga digambarkan adanya hubungan antara psikologi dan tingkah
laku individu.
115. Bagaimana proses atribusi mempengaruhi proses komunikasi?
Jelaskan.
Jawab : Atribusi merupakan proses-proses untuk
mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian diketahui
tentang sifat-sifat menetap dan disposisi mereka (Baron dan Byrne, 2003: 49).
Atribusi juga dapat diartikan dengan upaya kita untuk memahami penyebab dibalik
perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita
sendiri. Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada di sekitar kita dapat
melalui beberapa macam cara:
1
Melihat apa yang
tampak (fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan diri.
2
Menanyakan langsung
kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran, tentang motif.
3
Dari perilaku yang
bersangkutan. Hal ini merupakan sumber yang penting.
116. Perbedaan berdampak pada persepsi peran Manager di Negara
yang berbeda. Dimensi Budaya apa yang menyebabkan demikian? Apa dampaknya dalam
praktek manajemen internasional company?
Jawab : Peranan seorang
manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan seorang
manajer menjadi motivator bagi karyawan-karyawannya dan salah satu ujung tombak
dari keberhasilan suatu organisasi. Salah satu tugas atau peran seorang majaner
yaitu harus bisa mengatasi konflik yang ada dalam suatu organisasi yang
dipimpinnya sehingga setiap konflik itu dapat diselesaikan dengan baik dan
tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui
orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatannya guna mencapai sasaran
suatu organisasi. Posisi manajer menjadi sangat krusial bila Direktur atau
Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta menjaga
keseimbangan dalam suatu organisasi. Seorang manajer dalam melakukan tugasnya
menjamin ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta
pengaturan organisasi yang baik serta dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi, sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di
tengah-tengah lingkungannya.
117. Jelaskan pengertian Context Value dan dampaknya bagi
komunikasi organisasi multinasional.
Jawab : Context value adalah perkataan atau sebuah
pernyataan, yang mana dibagi 2 yaitu high context dan low context. Dampaknya
bagi komunikasi organisasi multinasional High Context membutuhkan
informasi-informasi tambahan untuk memahami arti dari isi atau pesan komunikasinya.
Pada High Context sifatnya terkadang tidak to the point alias tersirat.
Sementara yang Low Context relatif mudah diinterpretasikan atau dicerna
kata-katanya, karena disitu menampilkan makna tersurat, tidak bermakna ganda
sehingga tidak perlu banyak usaha untuk mengartikannya.
118. Identifikasi dan Jelaskan Dimensi Budaya yang
mempengaruhi proses komunikasi.
Jawab : Melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana
seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu
memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka
terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita
dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas. Budaya tidak akan
bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai
dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas
budaya seseorang.
Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang
mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku
Rote. Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut
setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai
yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang
anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre. Jadi jelaslah
bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian
rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu
kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya,
aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan
kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain
itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial
suatu budaya.
119. Identifikasi prinsip komunikasi pada: Low context country
dan High context country
Jawab : High Context
adalah perkataan atau pernyataan yang sekedar basa basi atau kata yang sekedar
candaan yang tidak memberi arti yang serius, maksudnya adalah type high contect
ini merupakan type yang suka berputar-putar dalam memberikan pernyataan sebelum
menjelaskan maksud atau arti yang sebenarnya. Sedangkan Low Context adalah
perkataan atau sebuah pernyataan yang tidak mengandung candaan dan langsung
menjelaskan maksud atau arti sebenarnya. Low context memang kebalikan dari High
Context.
220. Jelaskan tahapan Negosiasi dan identifikasi dimensi
budaya yang berhubungan dengan setiap tahapan negosiasi.
Jawab :
Tahap 1 :
PERSIAPAN yang harus diperhatikan
·
Knowing the
marketplace : merupakan langkah untuk
mengetahui posisi kita, dapat dilakukan melalui peneltian melalui via kontak
industri, media, internet. kunci untuk memehami posisi anda adalah memiliki
pengetahuan yang rinci mengenai pasar. cari tahu mengenai individu/ perusahaan
yg akan bernegosiasi dgn anda. cari dan kumpulkan semua informasi yg sudah
dimiliki perusahaan
·
Assesing your
positions : semakin banyak sumber informasi yg bisa anda peroleh, semakin kuat
kekuatan negosiasi anda, kebanyakan penjual terlalu mengkhawatirkan kekuatan
pembeli dan persaingan yg ada. memahami kekuatan negosiasi dapat memperkuat posisi
anda.
·
planning your
objectives : untuk mengetahui apa yang anda inginkan dalam negosiasi tergantung
pada 2 faktor : 1 ) memahami apa yang mungkin , 2) mengevaluasi apa yg penting.
kemudian buat daftar hal hal yg ingin anda capai, persiapkan hal terburuk yg
mungkin akan terjadi dan bagaimana anda akan menerimannya.
·
defining details :
isu utama yg harus di pertimbangkan, buat daftar hal hal yg diabaikan, urutan
atau alur negosiasi, timescale yg harus dicapai.
Tahap 2 : PEMBUKAAN , yg harus diperhatikan:
·
situasi :
kesempatan terbaik untuk mulai meyakinkan lawan, kesempatan untuk mengarahkan
ke arah negosiasi, persiapan yg baik akan mempengaruhi kredibilitas anda dalam
pembukaan, perlihatkan kesiapan anda untuk mengantisipasi kebutuhan lawan.
·
pengumpulan informasi
: pelajari sebanyak mungkin ttg posisi lawan, evaluasi kekuatan 7 kelemahan
argumen argumen yg dikemukakan oleh lawan.
·
gunakan bahasa
tubuh yang positif : 4 elemen dalam
bahasa tubuh ( posture, facial, exprecions, tone of voice, limb
positions ). gunakan bahasa tubuh yg positif untuk menimbulkan ketenangan dan
kenyamanan pihak lawan. pekalah terhadap bahasa tubuh lawan.
·
identifikasi point
kunci : apa yg dikatakan oleh pihak negosiasi harus dapat kita pahami dgn baik.
contohnya : " kami tidak bisa memberikan potongan harga lagi ".
artinya : untuk harga tidak bisa dinegosiasikan,lagi tapi untuk hal lain masih
bisa dinegosiasikan.
Tahap 3 ; PERSETUJUAN , yg harus diperhatikan:
·
Bernegosiasi dgn
persuasi : jika perlu mengalah sedikit utk menunjukan spirit mw bekerja sama,
sebuah pernyataan akan lebih berpengaruh jika disertai informasi yg sudah
dipublikasikan, pahami informasi yg dimiliki pihak lawan dgn mendengar secara
saksama apa yg mereka katakan.
·
tak tik untuk tawar
menawar : menggunakan prinsipal dapat membantu negotiator untuk mempercayai
posisi mereka , the mandate dapat
digunakan untuk mencapai flexibilitas. penggunaan principals, dan mandate dapat
menciptakan perlindungan bagi negotiator.
·
ketika negosiasi
berjalan tidak seperti harapan : minta banyuan pihak ke-3 , istirahat/ ulur
waktu alihkan fokus ,,negosiasikan kesepakatan.
Tahap 4 : PENUTUP:
·
Closing Phase
:merangkum semua hasil dan mencari jalan tengah, menyesuaikan semua isu & keberatan
yg mungkin terjadi, menyiapkan penawaran terakhir berdasarkan persetujuan ke-2
belah pihak.
·
post negotiation:
selalu jaga hubungan , pastikan efek long term dari negosiasi terus berjalan.
evaluasi keseluruhan proses negosiasi yg terjadi.
221. Identifikasi perbedaan taktik negosiasi dihubungkan
dengan perbedaan budaya antar negara.
Jawab : Negosiasi cross-culture biasanya hanya terjadi
dalam negosiasi internasional karena perbedaan budaya seringkali terdapat di
antara negara-negara yang berbeda. Perbedaan budaya ini bahkan mungkin terjadi
di dalam suatu negara di antara komunitas-komunitasnya meski seringnya terdapat
dalam negosiasi internasional. Budaya dalam hal ini dikaitkan dengan
nilai-nilai bersama (shared values) dan kepercayaan yang ada di dalam satu
komunitas tertentu. Budaya diartikan sebagai suatu internalisasi nilai dan
norma (values), kepercayaan (beliefs), dan perilaku (behaviors) yang
disosialisasikan dan ditransfer kepada generasi selanjutnya. Suatu negara dapat
memiliki lebih dari satu budaya yang menyebar melewati batas-batas nasional.
Negosiasi antarnegara harus memperhatikan aspek budaya ini demi kelancaran
proses negosiasi.
Negosiasi internasional berbeda dengan negosiasi pada
umumnya karena terdapat perbedaan kebudayaan antarpihak yang terlibat. Dua
konteks penting yang diungkapkan oleh Phatak dan Habit adalah environmental
context dan immediate context. Konteks lingkungan berisikan tekanan-tekanan
lingkungan seperti pluralitas politik, fluktuasi mata uang, dan kontrol
pemerintah dan birokrasi yang dikontrol dalam negosiasi. Immediate context merupakan
faktor-faktor dinamis seperti keinginan negosiator yang selalu berbeda, tingkat
konflik yang mungkin terjadi, dan relasi antarnegosiator yang harus dikontrol
untuk meminimalisasi hambatan dan konflik dalam negosiasi.
222. Identifikasi perbedaan budaya dan pengaruhnya terhadap
perbedaan strategi persuasi dalam negosiasi Lintas Budaya.
Jawab : Kecepatan dalam bernegosiasi mempunyai variasi di
satu budaya dengan budaya yang lain. Ada budaya yang cenderung to the point
seperti Amerika Serikat tetapi ada juga yang lebih bersifat sabar dan
membutuhkan waktu lama seperti kebanyakan bangsa timur. Ekspresi emosi
masing-masing budaya bisa jadi sangat bertolak belakang. Budaya Amerika sangat
memberikan kebebasan dalam berekspresi tidak seperti kebanyakan bangsa Timur.
Pengecualian terjadi di Meksiko dan Timur Tengah, pernyataan emosi diharapkan
dan menganggap sebagai cara untuk menekankan dan memperkuat posisi negosiasi.
Penggunaan bahasa langsung dan tdak langsung juga penting diperhatikan. Budaya
Jepang dan sebagian besar budaya Timur mengatakan tidak dengan cara kiasan atau
tidak langsung untuk menjaga keharmonisan sebuah proses komunikasi. Sebaliknya,
Amerika Serikat lebih cenderung mengatakan “ya” dan “tidak” dengan sangat
langsung tanpa berbelit-belit dan tanpa kiasan. Pemahaman akan bukti dan
kebenaran dalam setiap budaya bisa sangat berbeda. Banyak orang Amerika yang
cenderung bergantung kepada observasi objektif untuk menyatakan fakta.
Sedangkan di Amerika Latin, keputusan didasarkan kepada data subjektif, dan
didukung oleh perasaan subjektif. Berbeda lagi dengan Korea dan China, mereka
memakai sumber informasi subjektif dari pemerintah.
Budaya suatu komunitas berbeda dengan komunitas yang
lainnya. Perbedaan ini didasarkan dari nilai, norma, dan kepercayaan yang
dianut oleh komunitas tertentu. Tidak semua nilai dan norma kemudian menjadi
budaya lokal ataupun nasional, melainkan hanya nilai, norma, dan kebiasaan yang
diinternalisasi kepada generasi berikutnya demi menjaga keutuhan dan kesakralan
nilai, norma, dan kebiasaan tersebut. Selain itu, kebudayaan juga dipengaruhi
oleh posisi geografis domisili komunitas tertentu karena mengafeksi daya
survival dan perilaku bermasyarakat komunitas tersebut. Kebudayaan ini jika
dibawa ke dalam suatu negosiasi tentu akan memengaruhi jalannya negosiasi.
223. Jelaskan dampak perbedaan toleransi terhadap resiko dan
presentasi konsesi dalam negosiasi lintas budaya?
Jawab : Dampak
perbedaan toleransi resiko yaitu toleransi risiko adalah ukuran yang lebih
spesifik dari tingkat ketidakpastian yang investor bersedia menerima sehubungan
perubahan negatif terhadap bisnis atau aset, sebagai lawan risk appetite
menjadi tingkat berbasis luas. (Generic) Tingkat diterima variasi relatif
terhadap pencapaian tujuan. Dalam menetapkan toleransi risiko tertentu,
manajemen mempertimbangkan kepentingan relatif dari tujuan terkait dan sejalan
toleransi risiko dengan risk appetite-nya.
224. Identifikasi dan jelaskan dimensi budaya yang
mempengaruhi proses presentasi dan persuasi lintas budaya.
Jawab : Budaya
menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi
dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka
berkomunikasi. Sebagai contoh, di negara-negara yang sedang berkembang peran
wanita dalam dunia bisnis marih relatif rendah. Sementara, di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah
cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya
berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para
eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa
materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut
kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris
yang menarik. Di Indonesia, status seorang eksekutif dapat dilihat dari
penataan ruang kerja yang terkesan luks dan seberapa mewah jenis kendaraan yang
digunakan.
225. Jelaskan pengaruh Budaya dalam pengambilan keputusan.
Jawab : Budaya
dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, karena adanya larangan,
hukuman, tekanan, ataupun paksaan dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola
dan bentuk yang terorganisir dari individu dan masyarakat dalam berbagai cara
dalam pengambilan keputusan. Komponen budaya sendiri dapat berupa Power Distance (Jarak Kekuasaan), Individualism vs. Collectivism,
Masculinity vs. Feminity, Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian), Long-Term
and Short-Term Orientation, Indulgence vs. Restraint. Pengaruh budaya terhadap pengambilan keputusan dapat di
lihat pada perilaku individu dan masyarakat, senantiasa di sesuaikan dengan
tuntunan budaya yang di anut. Contohnya :
Power distance antara Australia dengan Amerika itu
berbeda, kesalahan yang dilakukan oleh manajer pada saat dia memutuskan untuk
merubah metode diskusi agar seluruh anggota diskusi dapat menyalurkan serta
berpartisipasi dalam diskusi yaitu dengan membentuk kelompok yang terdiri dari
berbagai jabatan sehingga menyebabkan staff merasa canggung saat harus
berdiskusi dengan manager. Apa yang telah manajer terapkan pada diskusi di
Amerika telah membuat anggota diskusi tidak nyaman.
No comments:
Post a Comment