Saturday, May 19, 2018

Soal Latihan UAS Manajemen Lintas Budaya


Soal Latihan UAS 
Manajemen Lintas Budaya

11.  Berikan Pendapat anda terhadap proses Globalisasi dan sertakan alasannya.
Jawab : Proses berlangsungnya Globalisasi. Terbagi menjadi lima tahap yaitu:

a. Perdagangan yang di lakukan oleh bangsa China dan India
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mengenal perdagangan antar negeri yang di mulai sekitar 1000 dan 1500 SM. Saat itu pedagang dari China menelusuri negeri lain melaui jalan sutera (darat) dan jalan laut. Pada masa itu juga di Indonesia pemerintahan di jalankan oleh kerajaan-kerajaan hindu budha.

b. Perdagangan yang di lakukan oleh pedagang muslim
fase selanjutnya di tandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di kawasan Asia dan Afrika. Pada masa saat itu juga kerajaan di Indonesia berganti bercorak islam karena selain berdagang mereka juga menyebarkan agama islam.

c. Kolonialisasi yang di lakukan oleh bangsa Eropa
kemudian adanya eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa eropa dengan motto mereka 3G Gold, Glory dan Gospel. Selain itu tujuan mereka juga mencari rempah-rempah ke negara asalnya agar memperoleh harga yang lebih murah namun tidak puas dengan hal itu pada akhirnya bangsa eropa menanamkan kekuasaannya dengan kolonialisasi.

d. Berkembangnya kebutuhan dan industrialisasi
industrialisasi dimulai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt yang pada akhirnya menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin. Oleh karena itu industri semakin berkembang dan kebutuhan akan bahan baku juga semakin meningkat serta pasar juga memunculkan berbagai macam perusahaan multinasional seperti Freeport, Exonmobile dll

e. Era pasar bebas
era pasar bebas ini terjadi akibat runtuhnya komunisme yang di sokong oleh Uni Soviet hal ini semakin menandai bahwa kapital liberalisme lebih kuat dan juga pemenang dari perang dingin. Pada akhirnya negara-negara dulu yang berhaluan komunisme mengubah ideologinya menjadi capital liberalisme kemudian negara-negara di dunia menyediakan diri sebagai pasar bebas (liberalisme).

22.   Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Cultural Risk?
Jawab : Budaya risiko (risk culture) adalah sebuah praktik organisasi di mana risiko dibahas dan dipertimbangkan sebagai bagian dari pengambilan keputusan rutin. Istilah “budaya risiko” tidak selalu berarti memiliki toleransi risiko tinggi atau rendah tetapi menunjukkan bahwa risiko ditimbang dalam bingkai parameter toleransi risiko yang diterima perusahaan.

33.   Jelaskan prasyarat sukses dalam sebagai pengelola / manajer perusahaan multinasional.
Jawab : Pengelola / manajer perusahaan multinasional harus dapat memahami bagaimana dimensi budaya yang ada di negara tempat perusahaan multinasional itu berada. Dan juga melakukan pelatihan bagi karyawan-karyawan jika ingin ditempatkan di negara cabang perusahaan multinasional berada.

44.  Jelaskan peran dan manfaat corporate social responsibility dalam hubungan perusahaan multi nasional dengan masyarakat di Host Country.
Jawab : Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek atau objek program. Manfaat Corporate Sosial Responsibility bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi, dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:
1        Meningkatknya kesejahteraan masyaralcat sekitar dan kelestarian lingkungan.
2        Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3        Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4        Adanya pembangunan desa / fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

55. Jelaskan hubungan Budaya dan Etika dalam pengelolaan perusahaan multinasional.
Jawab : Etika dan kebudayaan itu tidak dapat kisah pisahkan. keduanya saling melekat dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Karena ketika suatu komunitas itu menciptakan batasan dan aturan-aturan dalam etika tentu lah berdasarkan dari kebiasaan dan juga hukum yang berlaku di tempat tersebut. Karena terkadang suatu etika itu tidaklah berlaku sepanjang masa, tekadang terjadi pelapukan dan pemudaran nilai-nilai etika. Nah, untuk membentuk ataupun membuat batasan-batasan etika yang baru diperlukanlah kebudayaan.karena kebudayaan itu merupakan kebiasaaan-kebiasaan yang berlaku pada suatu komunitas tertentu. Dengan ringkas dapat dikatakan, kita selalu sibuk menciptakan kebudayaan, karena suatu corak kebudyaan tertentu di dalamnya ada etika tadi sering mengalami proses pelapukan, memudar, tak lagi akomodatif, dan tertinggal dari perkembangan zaman yang terus berputar dan berubah secara sangat cepat. Kita membutuhkan sikap, cara pandang, perilaku, nilai-nilai, etika, norma dan tradisi yang lebih baru, yangdapat memberi kita rasa nyaman dalam merespon perkembangan zaman tadi. Dengan kata lain kita membutuhkan kebudayaan sekaligus dengan unsur etikanya tadi untuk bisa menjaga kelangsungan hidup di tengah perputaran dan perubahan-perubahan zaman. Maka agar kebutuhan itu terpenuhi kita harus kreatif mencipta. Mungkin mencipta etika, hanya sebagian, mungkin mencipta kebudayaan secara keseluruhan. Di sini berarti, bila kita menciptakan etika, sekaligus kita menciptakan hukum. Bagi manusia yang “berbudaya”, yang menjaga tata aturan hidup dari urusan sopan dan tidak sopan, layak dan tidak layak, maka perkara malu dan tidak malu, pantas dan tidak pantas, nista atau mulia, merupakan perkara penting dan sensitif, dan dijaga dengan baik agar segenap tingkah lakunya tak tercemar dari sudut etika tadi. Maka dari itu, jelaslah bahwa manusia itu membutuhkan kebudayaan dan juga aturan– aturan etika agar bisa mengikuti perkembangan zaman.Maka agar kebutuhan itu terpenuhi kita harus kreatif mencipta. Mungkin mencipta etika, hanya sebagian, mungkin mencipta kebudayaan secara keseluruhan.

66. Jelaskan Resiko manajemen perusahaan multi nasional bila gagal memahami Budaya Negara Inang (Host Country).
Jawab : Budaya perusahaan merupakan energi yang dapat menggerakkan orang-orang untuk bekerja. Budaya perusahaan sering juga disebut budaya korporat merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan digunakan sebagai acuan atau pedoman kerja karyawan. Resiko yang akan terjadi jika manajemen gagal memahami budaya Host Country :
a.       Tidak adanya inovasi dan keberanian mengambil keputusan
b.      Sulit terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang
c.       Tidak dapat memperkuat standar perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan
d.      Sulit melakukan adaptasi
e.       Tidak dapat membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh

77.  Jelaskan pengertian Budaya Masyarakat.
Jawab : Budaya masyarakat, yang kadang-kadang disebut "cerita rakyat" atau "folklife," adalah ekspresi budaya yang hidup dalam kehidupan sehari-hari. Budaya siapa pun  dipelajari dan disampaikan secara informal dari orang ke orang. Pasti hidup dan sekarang menjadi folklife, meski mungkin sudah ada dalam rentang waktu yang lama. Ke mana saja orang mengambil pengalaman hidup mereka dan mengubahnya menjadi nyanyian, cerita, hiasan, ritual, dan perayaan - contoh cerita rakyat yang disebut "budaya ekspresif". Bila ungkapan seperti itu mengkomunikasikan pengalaman, pemikiran, dan perasaan bersama kelompok, dan diteruskan ke orang lain, mereka menjadi tradisi.

88.  Jelaskan Dimensi Budaya menurut ahli Budaya Greets Hofstede.
Jawab : Enam dimensi budaya menurut ahli Budaya Greets Hofstede :
a.    Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Power Distance atau jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota dari suatu organisasi atau lembaga yang berada dalam posisi yang kurang kuat menerima dan berharap kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Dimensi budaya yang mendukung jarak kekuasaan rendah (Small Power Distance) mengharapkan dan menerima hubungan kekuasaan secara lebih konsultatif atau demokratis. Orang berhubungan satu sama lain terlepas dari posisi formalitas mereka. Bawahan mersaa lebih nyaman serta menuntut hak untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi (large power distance) cenderung menggunakan hubungan kekuasaan yang lebih otokratis dan paternalistik. Bawahan mengakui kekuatan orang lain hanya berdasarkan dimana mereka berada dalam struktur formal atau posisi hirarki tertentu.

b.      Individualism vs. Collectivism
Masalah mendasar yang dialamatkan oleh dimensi ini adalah tingkat saling ketergantungan yang dimiliki masyarakat di antara anggotanya. Ini berkaitan dengan apakah citra diri seseorang didefinisikan dalam istilah "Saya" atau "Kami". Dalam masyarakat Individualist orang seharusnya menjaga diri dan keluarga langsung mereka saja. Dalam masyarakat kolektivis orang tergabung dalam 'kelompok' yang mengurus mereka sebagai imbalan kesetiaan.
c.       Masculinity vs. Feminity
Skor tinggi (maskulin) pada dimensi ini menunjukkan bahwa masyarakat akan didorong oleh persaingan, prestasi dan kesuksesan, dengan keberhasilan didefinisikan oleh "pemenang" atau "best-in-the-field." Sistem nilai ini dimulai di sekolah dan berlanjut sepanjang hidup seseorang - baik dalam kegiatan kerja maupun rekreasi.

Nilai rendah (Feminine) pada dimensi berarti bahwa nilai dominan dalam masyarakat adalah merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah masyarakat Feminine adalah satu di mana kualitas hidup adalah tanda kesuksesan dan berdiri keluar dari keramaian tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).
d.      Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Dimensi Ketidakpastian Penghindaran berkaitan dengan cara masyarakat menghadapi fakta bahwa masa depan tidak akan pernah diketahui: haruskah kita mencoba mengendalikan masa depan atau membiarkannya terjadi? Ambiguitas ini membawa kegelisahan dan budaya yang berbeda telah belajar menghadapi kegelisahan ini dengan cara yang berbeda. Sejauh mana anggota budaya merasa terancam oleh situasi yang ambigu atau tidak diketahui dan telah menciptakan kepercayaan dan institusi yang mencoba untuk menghindari hal ini tercermin dalam skor Penghindaran Ketidakpastian.

e.       Long-Term and Short-Term Orientation
Dimensi ini menggambarkan bagaimana setiap masyarakat harus memelihara beberapa hubungan dengan masa lalunya saat menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, dan masyarakat memprioritaskan kedua tujuan eksistensial ini secara berbeda. Masyarakat normatif yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini, misalnya, lebih memilih untuk mempertahankan tradisi dan norma yang dihormati saat melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Mereka yang memiliki budaya yang dinilai tinggi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih pragmatis: mereka mendorong penghematan dan upaya pendidikan modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan.

f.       Indulgence vs. Restraint
Salah satu tantangan yang dihadapi umat manusia, sekarang dan di masa lalu, adalah sejauh mana anak-anak kecil disosialisasikan. Tanpa sosialisasi kita tidak menjadi "manusia". Dimensi ini didefinisikan sebagai sejauh mana orang mencoba mengendalikan keinginan dan dorongan mereka, berdasarkan cara mereka dibesarkan. Kontrol yang relatif lemah disebut "Indulgence" dan kontrol yang relatif kuat disebut "Restraint". Oleh karena itu, budaya dapat digambarkan sebagai Indulgent atau Restrained.

99.   Apa fungsi Budaya dalam kehidupan masyarakat dan organisasi? Jelaskan.
Jawab : Fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut:
a.  Melindungi diri dari alam.
Hasil karya manusia melahirkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan teknologi, manusia dapat memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan hidupnya, sehingga manusia dapat menguasai alam.
b.  Mengatur tindakan manusia.
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang kesemuanya itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai “design for living” artinya kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau “blue print for behavior’ yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
c.  Sebagai wadah segenap perasaan.
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya dengan adanya seni-seni dalam masyarakat.

 Fungsi budaya dalam organisasi :
1. Membantu menciptakan rasa memilki jati diri bagi pekerja
2. Dapat dipakai untuk mengembangkan keikatan pribadi dengan organisasi
3. Membantu stabilisasi organisasi sebagai suatu system social
4. Menyajikan pedoman prilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbetuk.

110. Berikan 5 jenis contoh conflict Budaya dan jelaskan sumber atau penyebabnya .
Jawab :
1.      Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik ini terjadi akibat perbedaan kepentingan.
2.      Pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalamorganisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada. Konflik ini terjadi akibat perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
3.      ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. Konflik ini terjadi akibat perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
4.      Perbedaan antara suku Dayak dan Madura biasanya konflik terjadi karena adanya perbedaan dalam sikap,kepercayaan,nilai,atau kebutuhan.seperti suku madura yang memiliki perilaku yang langsung merespon amarah yang cenderung melalui kekerasan,kekerasan ini pulalah yang mudah menimbulkan konflik dengan suku lain. Peperangan antara suku dayak dan madura merupakan kerusuhan yang berskala besar,perbedaan budaya jelas menjadi alasan perang antar suku ini terjadi.
5.      Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Konflik ini terjadi akibat perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. 

111.  Dalam pengelolaaan fungsi Perusahaan identifikasi dan jelaskan Dimensi Budaya apa yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan:
a. Pemasaran.
b. Organisasi perusahaan.
c. Operasional.
d. Sumber Daya Manusia.
e. Keuangan
jawab :
Dimensi budaya yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan :
a.       Pemasaran
Individualisme/kolektivisme, penghindaran ketidakpastian, dan pengaruh kekuasan. Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran terutama pemasaran internasional adalah faktor budaya. Pemasar internasional harus mengetahui pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi akibat adanya aspek busaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan batas wilayah memiliki budya yang berbeda-beda.
b.      Organisasi perusahaan
mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi serta dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya.
c.       Operasional
meliputi bahan dan fasilitas yang dipakai saat kita melaksanakan suatu bisnis internasional sesuai dengan budaya yang berlaku, sumber bahan baku yang diperoleh apakah bisa atau tidak kita dapatkan dalam suatu wilayah yang berbeda.
d.      Sumber daya manusia
kita tidak bisa lepas dari pengembangan sumber daya manusia. Karena dalam pengembangan budaya organisasi yang menjadi objek dan subyek dari budaya adalah manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini haruslah mengarah pada pengembangan budaya organisasi. Pengembangan sumber daya manusia ini tidak lain untuk mencapai budaya organisasi yang kuat. Budaya organisasi yang kuat ini akan memberi dampak yang positif bagi organisasi tersebut.
e.       Keuangan
mengenai alokasi modal yang dapat atau tidak berpengaruh terhadap suatu wilayah tersebut atau kebiasaan-kebiasaan yang dianut di dalam wilayah . Jadi dalam pengelolaan fungsi-fungsi perusahaan tersebut dimensi budaya yang harus diperhatikan yaitu Individualisme vs. Kolektivisme karena dalam beberapa budaya, individu ditekankan sementara di negara lain kelompok ditekankan.


112.  Jelaskan :
a.       Karakteristik individu yang berasal dari Amerika, Korea, Malaysia dan Inggris.
Jawab :
1.      Amerika
a.     Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Nilai Amerika pada dimensi ini 40. Perbedaan tingkat antara atasan serta bawahan tidak terlalu dipermasalahkan atau bersifat egaliter.
b.    Individualism vs. Collectivism
Premis Amerika tentang "kebebasan dan keadilan untuk semua." Hal ini dibuktikan dengan penekanan eksplisit pada hak yang sama di semua aspek masyarakat Amerika dan pemerintah. Dalam organisasi Amerika, hirarki didirikan untuk kenyamanan, atasan dapat diakses dan para manajer bergantung pada karyawan dan tim individual atas keahlian mereka. Baik manajer dan karyawan berharap untuk diajak berkonsultasi dan informasi sering digunakan bersama. Pada saat bersamaan, komunikasi bersifat informal, langsung dan partisipatif. Masyarakat secara longgar-rajin di mana ekspektasi adalah bahwa orang menjaga diri mereka sendiri dan keluarga dekat mereka saja dan tidak boleh terlalu bergantung pada otoritas untuk mendapatkan dukungan. Ada juga mobilitas geografis yang tinggi di Amerika Serikat. Orang Amerika adalah anggota joiner terbaik di dunia; Namun seringkali sulit, terutama di kalangan pria, untuk mengembangkan persahabatan yang dalam. Orang Amerika terbiasa melakukan bisnis atau berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal dengan baik. Akibatnya, orang Amerika tidak malu mendekati calon rekan kerja mereka untuk mendapatkan atau mencari informasi. Di dunia bisnis, karyawan diharapkan bisa mandiri dan menampilkan inisiatif. Selain itu, dalam dunia kerja berbasis pertukaran kita melihat bahwa perekrutan, promosi dan keputusan didasarkan pada prestasi atau bukti dari apa yang telah dilakukan atau dapat dilakukan.
c.     Masculinity vs. Feminity
Skor AS terhadap maskulinitas tinggi pada skor 62, dan ini dapat dilihat pada pola perilaku khas Amerika. Hal ini dapat dijelaskan dengan kombinasi dorongan maskulinitas tinggi bersamaan dengan dorongan Individualis di dunia. Dengan kata lain, orang Amerika, sehingga untuk berbicara, semua menunjukkan dorongan maskulin mereka secara individu. Inggris, bagaimanapun, memiliki budaya yang sama dalam hal ini. Kombinasi Amerika ini mencerminkan dirinya sebagai berikut:
Perilaku di sekolah, pekerjaan, dan permainan didasarkan pada nilai-nilai bersama bahwa orang harus "berusaha menjadi yang terbaik semampu mereka" dan bahwa "pemenangnya mengambil semua". Akibatnya, orang Amerika akan cenderung untuk menampilkan dan berbicara secara bebas tentang "kesuksesan" dan prestasi mereka dalam kehidupan. Ada mentalitas "bisa-lakukan" yang menciptakan banyak dinamisme di masyarakat, karena diyakini bahwa selalu ada kemungkinan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik Biasanya, orang Amerika "hidup untuk bekerja" sehingga mereka dapat memperoleh uang Imbalan dan sebagai konsekuensinya mencapai status yang lebih tinggi berdasarkan seberapa bagusnya. Banyak pekerja kerah putih akan pindah ke lingkungan yang lebih mewah setelah masing-masing dan setiap promosi substansial. Dipercaya bahwa tingkat konflik tertentu akan menghasilkan orang terbaik, karena ini adalah tujuan untuk menjadi "pemenang". Sebagai konsekuensinya, kita melihat banyak polarisasi dan kasus pengadilan. Mentalitas ini saat ini merongrong premis Amerika tentang "kebebasan dan keadilan bagi semua orang." Ketidaksetaraan yang meningkat membahayakan demokrasi, karena kesenjangan yang melebar di antara kelas-kelas dapat secara perlahan mendorong Power Distance up dan Individualism down
d.    Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Nilai AS di bawah rata-rata, dengan skor rendah 46, pada dimensi Ketidakpastian Ketidakpastian. . Sebagai konsekuensinya, konteks yang dirasakan di mana orang Amerika mendapati dirinya akan mempengaruhi tingkah laku mereka lebih banyak daripada jika budaya tersebut dapat mencetak lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan demikian, pola budaya ini mencerminkan dirinya sebagai berikut:
Ada tingkat penerimaan yang adil untuk gagasan baru, produk inovatif dan kemauan untuk mencoba sesuatu yang baru atau berbeda, entah itu berkaitan dengan teknologi, praktik bisnis atau makanan. Orang Amerika cenderung lebih toleran terhadap gagasan atau opini dari siapapun dan membiarkan kebebasan berekspresi. Pada saat yang sama, orang Amerika tidak memerlukan banyak peraturan dan kurang ekspresif secara emosional daripada budaya dengan nilai lebih tinggi. Pada saat yang sama, 9/11 telah menciptakan banyak ketakutan di masyarakat Amerika yang berpuncak pada upaya pemerintah untuk memantau semua orang melalui NSA dan organisasi keamanan lainnya.
e.     Long-Term and Short-Term Orientation
Skor Amerika Serikat normatif pada dimensi kelima dengan skor rendah 26. Hal ini tercermin dari hal berikut:
Orang Amerika cenderung menganalisa informasi baru untuk memeriksa apakah itu benar. Dengan demikian, budaya tidak membuat kebanyakan orang Amerika berpikiran pragmatis, tapi ini tidak boleh disalahartikan dengan kenyataan bahwa orang Amerika sangat praktis, tercermin dari mentallitas "bisa-lakukan" yang disebutkan di atas. Polarisasi yang disebutkan di atas adalah, untuk berbicara, diperkuat oleh fakta bahwa banyak orang Amerika memiliki gagasan yang sangat kuat tentang apa yang "baik" dan "jahat". Hal ini mungkin menyangkut masalah seperti aborsi, penggunaan narkoba, euthanasia, senjata atau ukuran dan hak pemerintah versus Amerika dan versus warga negara. AS adalah satu-satunya negara "Kaukasia" di dunia di mana, sejak awal abad ke-20, gereja yang berkunjung meningkat. Kenaikan ini juga terlihat di beberapa republik pasca-Soviet seperti Rusia. Bisnis Amerika mengukur kinerja mereka secara jangka pendek, dengan laporan laba rugi dikeluarkan setiap tiga bulan. Hal ini juga mendorong individu untuk berusaha mendapatkan hasil yang cepat di tempat kerja.
f.     Indulgence vs. Restraint
Amerika Serikat mendapat nilai sebagai masyarakat yang memanjakan diri (68) pada dimensi keenam. Ini, dikombinasikan dengan nilai normatif, tercermin dari sikap dan perilaku kontradiktif berikut ini:
Bekerja keras dan bermain keras. Negara-negara telah mengobarkan perang melawan narkoba dan masih sangat sibuk melakukannya, namun kecanduan narkoba di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di banyak negara kaya lainnya. Ini adalah masyarakat yang bijaksana namun bahkan beberapa penginjil terkenal tampaknya tidak bermoral.

2.      Korea
a.       Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Pada skor menengah 60, Korea Selatan adalah masyarakat yang sedikit hierarkis. Ini berarti bahwa orang menerima tatanan hierarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan tidak memerlukan justifikasi lebih lanjut. Hirarki dalam sebuah organisasi dipandang mencerminkan ketidaksetaraan yang inheren, sentralisasi sangat populer, bawahan berharap diberi tahu apa yang harus dilakukan dan bos ideal adalah seorang otokrat yang baik hati.
b.      Individualism vs. Collectivism
Korea Selatan, dengan skor 18 dianggap sebagai masyarakat kolektif. Hal ini terwujud dalam komitmen jangka panjang yang dekat dengan 'kelompok' anggota, apakah itu keluarga, keluarga besar, atau hubungan yang diperluas. Kesetiaan dalam budaya kolektivis sangat penting, dan terlalu banyak mengatur peraturan dan peraturan masyarakat lainnya. Masyarakat memupuk hubungan yang kuat di mana setiap orang bertanggung jawab atas sesama anggota kelompok mereka. Dalam pelanggaran masyarakat kolektif menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka, hubungan majikan / karyawan dirasakan dalam istilah moral (seperti hubungan keluarga), keputusan perekrutan dan promosi memperhitungkan kelompok dalam karyawan, manajemen adalah pengelolaan kelompok
c.       Masculinity vs. Feminity
Korea Selatan mencetak 39 pada dimensi ini dan oleh karena itu dianggap sebagai masyarakat Feminin. Di negara-negara Feminine, fokusnya adalah pada "bekerja untuk hidup", para manajer berusaha untuk mendapatkan konsensus, orang menghargai kesetaraan, solidaritas dan kualitas dalam kehidupan kerja mereka. Konflik diselesaikan dengan kompromi dan negosiasi. Insentif seperti waktu luang dan fleksibilitas disukai. Fokus adalah pada kesejahteraan, status tidak ditunjukkan. Seorang manajer yang efektif adalah orang yang mendukung, dan pengambilan keputusan dicapai melalui keterlibatan.
d.      Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Di 85 Korea Selatan adalah salah satu negara penghindaran yang paling tidak pasti di dunia. Negara-negara yang menunjukkan Penghindaran Ketidakpastian Tinggi mempertahankan kode keyakinan dan perilaku yang kaku dan tidak toleran terhadap perilaku dan gagasan yang tidak lazim. Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional akan peraturan (walaupun peraturan sepertinya tidak pernah bekerja) waktu adalah uang, orang memiliki keinginan untuk sibuk dan bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu adalah norma, inovasi dapat dilawan, keamanan adalah elemen penting dalam motivasi individu.
e.       Long-Term and Short-Term Orientation
Masyarakat normatif yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini, misalnya, lebih memilih untuk mempertahankan tradisi dan norma yang dihormati saat melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Mereka yang memiliki budaya yang dinilai tinggi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih pragmatis: mereka mendorong penghematan dan upaya pendidikan modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan.
Pada skor 100, Korea Selatan mendapat nilai sebagai salah satu masyarakat dengan orientasi jangka panjang yang paling pragmatis. Gagasan tentang Tuhan satu-satunya dan maha kuasa tidak asing bagi orang Korea Selatan. Orang menjalani hidup mereka dipandu oleh kebajikan dan contoh praktis yang bagus. Di perusahaan Korea Selatan, Anda melihat orientasi jangka panjang dalam, tingkat permodalan yang lebih tinggi, prioritas untuk mempertahankan pertumbuhan pangsa pasar daripada keuntungan kuartalan, dan seterusnya. Mereka semua melayani daya tahan perusahaan. Gagasan di balik itu adalah bahwa perusahaan tidak ada di sini untuk menghasilkan uang setiap kuartal bagi pemegang saham, tapi untuk melayani pemangku kepentingan dan masyarakat luas selama beberapa generasi yang akan datang.
f.       Indulgence vs. Restraint
Dengan skor 29 yang rendah, masyarakat Korea Selatan terbukti menjadi salah satu pengekangan. Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme. Juga, berbeda dengan masyarakat yang memanjakan, masyarakat yang tertahan tidak memberi banyak penekanan pada waktu senggang dan mengendalikan gratifikasi keinginan mereka. Orang dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma sosial dan merasa bahwa memanjakan diri mereka sendiri agak salah.

3.      Malaysia
a.       Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Nilai Malaysia sangat tinggi pada dimensi ini (skor 100) yang berarti bahwa orang menerima tatanan hirarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan tidak memerlukan justifikasi lebih lanjut. Hirarki dalam sebuah organisasi dipandang mencerminkan ketidaksetaraan yang inheren, sentralisasi sangat populer, bawahan berharap diberi tahu apa yang harus dilakukan dan bos ideal adalah seorang otokrat yang baik hati. Tantangan kepemimpinan tidak diterima dengan baik.
b.      Individualism vs. Collectivism
Malaysia, dengan skor 26 adalah masyarakat kolektivis. Hal ini terwujud dalam komitmen jangka panjang yang dekat dengan kelompok "anggota", apakah itu keluarga, keluarga besar atau hubungan yang diperluas. Kesetiaan dalam budaya kolektivis sangat penting dan mengesampingkan sebagian besar peraturan dan peraturan masyarakat lainnya. Masyarakat semacam itu memupuk hubungan yang kuat, di mana setiap orang bertanggung jawab atas sesama anggota kelompok mereka. Dalam masyarakat kolektif, pelanggaran menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka. Hubungan majikan / karyawan dirasakan dalam istilah moral (seperti hubungan keluarga), perekrutan dan promosi memperhitungkan kelompok dalam karyawan. Manajemen adalah pengelolaan kelompok
c.    Masculinity vs. Feminity
Nilai rendah (Feminine) pada dimensi berarti bahwa nilai dominan dalam masyarakat adalah merawat orang lain dan kualitas hidup. Sebuah masyarakat Feminine adalah satu di mana kualitas hidup adalah tanda kesuksesan dan berdiri keluar dari keramaian tidak mengagumkan. Masalah mendasar di sini adalah apa yang memotivasi orang, ingin menjadi yang terbaik (maskulin) atau menyukai apa yang Anda lakukan (feminin).
Dengan nilai antara 50, preferensi untuk dimensi ini tidak dapat ditentukan.
d.      Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Nilai Malaysia 36 pada dimensi ini dan karenanya memiliki preferensi rendah untuk menghindari ketidakpastian. Masyarakat UAI yang rendah mempertahankan sikap yang lebih santai di mana praktik lebih penting daripada prinsip dan penyimpangan dari norma yang lebih mudah ditolerir. Dalam masyarakat yang menunjukkan UAI rendah, orang percaya seharusnya tidak ada peraturan lebih dari yang diperlukan dan jika mereka ambigu atau tidak bekerja, mereka harus dihapuskan atau diubah. Jadwal fleksibel, kerja keras dilakukan bila diperlukan tapi tidak demi kepentingannya sendiri. Presisi dan ketepatan waktu tidak datang secara alami, inovasi tidak dipandang mengancam.
e.       Long-Term and Short-Term Orientation
Skor rendah 41 dalam dimensi ini berarti Malaysia memiliki budaya normatif. Orang-orang di masyarakat seperti itu memiliki kepedulian yang kuat dalam membangun Kebenaran yang mutlak; Mereka normatif dalam pemikiran mereka. Mereka menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap tradisi, kecenderungan yang relatif kecil untuk menyelamatkan masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat.
f.       Indulgence vs. Restraint
Skor tinggi Malaysia 57 menunjukkan bahwa budaya adalah salah satu indulgensi. Orang-orang dalam masyarakat yang tergolong oleh nilai tinggi dalam Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk mewujudkan dorongan dan hasrat mereka untuk menikmati kehidupan dan bersenang-senang. Mereka memiliki sikap positif dan memiliki kecenderungan terhadap optimisme. Selain itu, mereka menempatkan tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada waktu senggang, bertindak sesuai keinginan dan menghabiskan uang sesuai keinginan mereka.

4.      Inggris
a.       Power Distance (Jarak Kekuasaan)
Pada skor 35 Inggris berada pada peringkat yang lebih rendah dari PDI - yaitu sebuah masyarakat yang percaya bahwa ketidaksetaraan di antara orang-orang harus diminimalkan. Yang menarik adalah bahwa penelitian menunjukkan indeks PD lebih rendah di antara kelas yang lebih tinggi di Inggris daripada di antara kelas pekerja. Skor PDI pada awalnya nampak tidak sesuai dengan sistem kelas Inggris yang mapan dan historis dan memperlihatkan ketegangan inheren dalam budaya Inggris - antara pentingnya peringkat kelahiran di satu sisi dan keyakinan mendalam bahwa di mana Anda dilahirkan seharusnya tidak membatasi seberapa jauh Anda bisa melakukan perjalanan dalam hidup. Rasa fair play mendorong kepercayaan bahwa orang harus diperlakukan dengan cara yang sama.
b.      Individualism vs. Collectivism
Pada skor 89 Inggris termasuk di antara nilai Individualist tertinggi, hanya dipukuli oleh beberapa negara persemakmuran yang melahirkannya yaitu Australia dan Amerika Serikat. Orang Inggris adalah individu yang sangat Individualis dan pribadi. Anak-anak diajari sejak usia dini untuk berpikir sendiri dan untuk mengetahui apa tujuan unik mereka dalam hidup dan bagaimana mereka secara unik dapat berkontribusi pada masyarakat. Rute menuju kebahagiaan adalah melalui pemenuhan pribadi. Seiring kemakmuran Inggris meningkat dalam dekade terakhir, dengan kekayaan juga 'menyebar ke Utara', sebuah fenomena yang banyak dibahas adalah munculnya apa yang telah dilihat sebagai konsumerisme yang merajalela dan penguatan budaya 'ME'.
c.       Masculinity vs. Feminity
Pada skor 66, Inggris adalah masyarakat Maskulin - sangat berorientasi pada kesuksesan dan penggerak. Titik kunci kebingungan bagi orang asing terletak pada kontradiksi antara budaya kerendahan hati dan pernyataan Inggris yang bertentangan dengan sistem nilai keberhasilan yang digerakkan dalam budaya. Kritis untuk memahami Inggris adalah mampu '' membaca di antara garis-garis '' Apa yang dikatakan tidak selalu apa yang dimaksud. Dibandingkan dengan budaya Feminine seperti negara-negara Skandinavia, orang-orang di Inggris hidup untuk bekerja dan memiliki ambisi kinerja yang jelas.
d.      Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian)
Pada usia 35 tahun Inggris memiliki skor rendah mengenai Penghindaran Ketidakpastian yang berarti bahwa sebagai sebuah negara mereka cukup senang untuk bangun tanpa mengetahui apa yang akan terjadi pada hari itu dan mereka dengan senang hati 'memperbaikinya seiring berjalannya waktu' mengubah rencana saat informasi baru datang. untuk menerangi. Sebagai negara UAI yang rendah, Inggris merasa nyaman dalam situasi ambigu - istilah 'kacau' adalah cara yang sangat Inggris untuk mengungkapkan hal ini. Umumnya ada aturan yang tidak terlalu banyak dalam masyarakat Inggris, tapi yang ada dipatuhi (yang paling terkenal tentu saja dari Inggris suka mengantri yang juga berkaitan dengan nilai fair play).
Dalam hal kerja, hal ini menghasilkan perencanaan yang tidak berorientasi pada detail - tujuan akhir akan menjadi jelas (karena MAS tinggi) namun detail tentang bagaimana kita sampai di sana akan menjadi cahaya dan proses cairan yang sebenarnya dan fleksibel terhadap lingkungan yang sedang berkembang dan berubah. Perencanaan horison juga akan lebih pendek. Yang terpenting, kombinasi dari bangsa yang sangat individualis dan penasaran adalah tingkat kreativitas dan kebutuhan inovasi yang tinggi. Apa yang berbeda itu menarik! Hal ini muncul di seluruh masyarakat baik humor, konsumerisme berat untuk produk baru dan inovatif dan industri kreatif yang sangat pesat yang berkembang dalam - periklanan, pemasaran, rekayasa keuangan.
e.       Long-Term and Short-Term Orientation
Dengan nilai antara 51 dalam dimensi ini, preferensi dominan dalam budaya Inggris tidak dapat ditentukan.
f.       Indulgence vs. Restraint
Skor tinggi 69 menunjukkan bahwa budaya Inggris adalah salah satu yang tergolong indulgent. Orang-orang dalam masyarakat yang tergolong oleh nilai tinggi dalam Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk mewujudkan dorongan dan hasrat mereka untuk menikmati kehidupan dan bersenang-senang. Mereka memiliki sikap positif dan memiliki kecenderungan terhadap optimisme. Selain itu, mereka menempatkan tingkat kepentingan yang lebih tinggi pada waktu senggang, bertindak sesuai keinginan dan menghabiskan uang sesuai keinginan mereka.

113.  Aspek apa yang harus di adaptasi oleh warga Indonesia yang bekerja di:
a. Amerika.
b. Korea.
c. Inggris.
Jawab :
a.       Amerika
- Power distance, berbeda dengan Indonesia di AS perbedaan tingkat antara atasan serta bawahan tidak terlalu dipermasalahkan atau bersifat egaliter.
- Individualism, dibanding dengan Indonesia dengan 19 individualism di AS skornya 91.
- Masculinity karena Indonesia skor 46 termasuk dalam feminine, Skor AS terhadap maskulinitas tinggi pada skor 62.
- Skor Amerika Serikat normatif pada dimensi kelima dengan skor rendah 26. Long-Term and Short-Term Orientation, hal ini tercermin dari hal berikut: Orang Amerika cenderung menganalisa informasi baru untuk memeriksa apakah itu benar. Dengan demikian, budaya tidak membuat kebanyakan orang Amerika berpikiran pragmatis, tapi ini tidak boleh disalahartikan dengan kenyataan bahwa orang Amerika sangat praktis, tercermin dari mentallitas "bisa-lakukan" yang disebutkan di atas.
- Indulgence vs. Restrain, AS mendapat nilai sebagai masyarakat yang memanjakan diri (68) pada dimensi keenam. Ini, dikombinasikan dengan nilai normatif, tercermin dari sikap dan perilaku kontradiktif berikut ini: Bekerja keras dan bermain keras. Negara-negara telah mengobarkan perang melawan narkoba dan masih sangat sibuk melakukannya, namun kecanduan narkoba di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di banyak negara kaya lainnya.

b.      Korea
- Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian). Berbeda dengan Indonesia 48, di skor 85 Korea Selatan adalah salah satu negara penghindaran yang paling tidak pasti di dunia. Negara-negara yang menunjukkan Penghindaran Ketidakpastian Tinggi mempertahankan kode keyakinan dan perilaku yang kaku dan tidak toleran terhadap perilaku dan gagasan yang tidak lazim.
-  Long-Term and Short-Term Orientation, pada skor 100, Korea Selatan mendapat nilai sebagai salah satu masyarakat dengan orientasi jangka panjang yang paling pragmatis. Gagasan tentang Tuhan satu-satunya dan maha kuasa tidak asing bagi orang Korea Selatan.
c.       Inggris
-  Power Distance (Jarak Kekuasaan), Pada skor 35 Inggris berada pada peringkat yang lebih rendah dari Indonesia,yaitu sebuah masyarakat yang percaya bahwa ketidaksetaraan di antara orang-orang harus diminimalkan
-  Individualism vs. Collectivism, skor Indonesia rendah 14 dibanding pada skor 89 Inggris termasuk di antara nilai Individualist tertinggi. Orang Inggris adalah individu yang sangat Individualis dan pribadi.
-  Masculinity vs. Feminity, Indonesia dengan skor 48 termasuk negara feminine, sedang pada skor 66, Inggris adalah masyarakat Maskulin - sangat berorientasi pada kesuksesan dan penggerak. Titik kunci kebingungan bagi orang asing terletak pada kontradiksi antara budaya kerendahan hati dan pernyataan Inggris yang bertentangan dengan sistem nilai keberhasilan yang digerakkan dalam budaya.
-  Indulgence vs. Restraint, Indonesia dengan skor lebih rendah yaitu 38, dengan skor tinggi 69 menunjukkan bahwa budaya Inggris adalah salah satu yang tergolong indulgent. Orang-orang dalam masyarakat yang tergolong oleh nilai tinggi dalam Indulgence umumnya menunjukkan kemauan untuk mewujudkan dorongan dan hasrat mereka untuk menikmati kehidupan dan bersenang-senang

114.  Jelaskan pengertian theory Atribusi dan dampaknya dalam komunikasi.
Jawab :  Teori atribusi adalah teori yang memiliki argumentasi mengenai perilaku seseorang. Menurut Ivancevics, teori atribusi merupakan suatu suatu proses di mana individu berusaha untuk menjelaskan alasan dari suatu peristiwa. Teori atribusi menjelaskan bagaimana perilaku orang lain maupun diri sendiri ditinjau dari faktor internal yang dilakukan seseorang atau individu berdasarkan kemauan dirinya sendiri. Sedangkan perilaku eksternal seseorang atau individu ditinjau berdasarkan situasi dimana seseorang atau individu itu berada yang menjadi sebab munculnya perilaku seseorang. Atribusi merupakan hal yang penting dalam komunikasi, dikarenakan manusia membutuhkan untuk membuat penjelasan mengapa hal itu terjadi, juga digambarkan adanya hubungan antara psikologi dan tingkah laku individu.

115.  Bagaimana proses atribusi mempengaruhi proses komunikasi? Jelaskan.
Jawab : Atribusi merupakan proses-proses untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian diketahui tentang sifat-sifat menetap dan disposisi mereka (Baron dan Byrne, 2003: 49). Atribusi juga dapat diartikan dengan upaya kita untuk memahami penyebab dibalik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita sendiri. Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara:
1        Melihat apa yang tampak (fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan diri.
2        Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran, tentang motif.
3        Dari perilaku yang bersangkutan. Hal ini merupakan sumber yang penting.

116.  Perbedaan berdampak pada persepsi peran Manager di Negara yang berbeda. Dimensi Budaya apa yang menyebabkan demikian? Apa dampaknya dalam praktek manajemen internasional company?
Jawab :  Peranan seorang manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan seorang manajer menjadi motivator bagi karyawan-karyawannya dan salah satu ujung tombak dari keberhasilan suatu organisasi. Salah satu tugas atau peran seorang majaner yaitu harus bisa mengatasi konflik yang ada dalam suatu organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu dapat diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatannya guna mencapai sasaran suatu organisasi. Posisi manajer menjadi sangat krusial bila Direktur atau Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta menjaga keseimbangan dalam suatu organisasi. Seorang manajer dalam melakukan tugasnya menjamin ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya.

117.  Jelaskan pengertian Context Value dan dampaknya bagi komunikasi organisasi multinasional.
Jawab : Context value adalah perkataan atau sebuah pernyataan, yang mana dibagi 2 yaitu high context dan low context. Dampaknya bagi komunikasi organisasi multinasional High Context membutuhkan informasi-informasi tambahan untuk memahami arti dari isi atau pesan komunikasinya. Pada High Context sifatnya terkadang tidak to the point alias tersirat. Sementara yang Low Context relatif mudah diinterpretasikan atau dicerna kata-katanya, karena disitu menampilkan makna tersurat, tidak bermakna ganda sehingga tidak perlu banyak usaha untuk mengartikannya.

118.  Identifikasi dan Jelaskan Dimensi Budaya yang mempengaruhi proses komunikasi.
Jawab : Melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas. Budaya tidak akan bisa terbentuk tanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya akan menggambarkan identitas budaya seseorang.
Contoh yang paling sederhana, Wilibrodus, seorang mahasiswa yang berasal dari Manggarai berbicang-bincang dengan Andre dari suku Rote. Dialek yang terdengar baik dari Wilibrodus maupun Andre tersebut setidaknya mencerminkan identitas budaya masing-masing. Dari dialek Manggarai yang disampaikan Wilibrodus setidaknya memberi gambaran bahwa ia adalah seorang anggota dari komunitas budaya Manggarai. Begitu pun dengan Andre. Jadi jelaslah bahwa perilaku-perilaku komunikasi yang sudah terbangun dan terpola sedemikian rupa sehingga melahirkan suatu kharakteristik yang khas akan membentuk suatu kebiasaan/budaya komunikasi bagi suatu komunitas budaya tertentu. Singkatnya, aktivitas komunikasi dari seorang anggota budaya dapat merepresentasikan kepercayaan, nilai, sikap dan bahkan pandangan dunia dari budayanya itu. Selain itu, melalui komunikasi dapat pula memperkuat nilai-nilai dasar dan esensial suatu budaya.

119.  Identifikasi prinsip komunikasi pada: Low context country dan High context country
Jawab :  High Context adalah perkataan atau pernyataan yang sekedar basa basi atau kata yang sekedar candaan yang tidak memberi arti yang serius, maksudnya adalah type high contect ini merupakan type yang suka berputar-putar dalam memberikan pernyataan sebelum menjelaskan maksud atau arti yang sebenarnya. Sedangkan Low Context adalah perkataan atau sebuah pernyataan yang tidak mengandung candaan dan langsung menjelaskan maksud atau arti sebenarnya. Low context memang kebalikan dari High Context.

220.  Jelaskan tahapan Negosiasi dan identifikasi dimensi budaya yang berhubungan dengan setiap tahapan negosiasi.
Jawab : 
Tahap 1 :  PERSIAPAN yang harus diperhatikan
·         Knowing the marketplace  : merupakan langkah untuk mengetahui posisi kita, dapat dilakukan melalui peneltian melalui via kontak industri, media, internet. kunci untuk memehami posisi anda adalah memiliki pengetahuan yang rinci mengenai pasar. cari tahu mengenai individu/ perusahaan yg akan bernegosiasi dgn anda. cari dan kumpulkan semua informasi yg sudah dimiliki perusahaan
·         Assesing your positions : semakin banyak sumber informasi yg bisa anda peroleh, semakin kuat kekuatan negosiasi anda, kebanyakan penjual terlalu mengkhawatirkan kekuatan pembeli dan persaingan yg ada. memahami kekuatan negosiasi dapat memperkuat posisi anda.
·         planning your objectives : untuk mengetahui apa yang anda inginkan dalam negosiasi tergantung pada 2 faktor : 1 ) memahami apa yang mungkin , 2) mengevaluasi apa yg penting. kemudian buat daftar hal hal yg ingin anda capai, persiapkan hal terburuk yg mungkin akan terjadi dan bagaimana anda akan menerimannya.
·         defining details : isu utama yg harus di pertimbangkan, buat daftar hal hal yg diabaikan, urutan atau alur negosiasi, timescale yg harus dicapai.
Tahap 2 : PEMBUKAAN , yg harus diperhatikan:
·         situasi : kesempatan terbaik untuk mulai meyakinkan lawan, kesempatan untuk mengarahkan ke arah negosiasi, persiapan yg baik akan mempengaruhi kredibilitas anda dalam pembukaan, perlihatkan kesiapan anda untuk mengantisipasi kebutuhan lawan.
·         pengumpulan informasi : pelajari sebanyak mungkin ttg posisi lawan, evaluasi kekuatan 7 kelemahan argumen argumen yg dikemukakan oleh lawan.
·         gunakan bahasa tubuh yang positif : 4 elemen dalam  bahasa tubuh ( posture, facial, exprecions, tone of voice, limb positions ). gunakan bahasa tubuh yg positif untuk menimbulkan ketenangan dan kenyamanan pihak lawan. pekalah terhadap bahasa tubuh lawan.
·         identifikasi point kunci : apa yg dikatakan oleh pihak negosiasi harus dapat kita pahami dgn baik. contohnya : " kami tidak bisa memberikan potongan harga lagi ". artinya : untuk harga tidak bisa dinegosiasikan,lagi tapi untuk hal lain masih bisa dinegosiasikan.
Tahap 3 ; PERSETUJUAN , yg harus diperhatikan:
·         Bernegosiasi dgn persuasi : jika perlu mengalah sedikit utk menunjukan spirit mw bekerja sama, sebuah pernyataan akan lebih berpengaruh jika disertai informasi yg sudah dipublikasikan, pahami informasi yg dimiliki pihak lawan dgn mendengar secara saksama apa yg mereka katakan.
·         tak tik untuk tawar menawar : menggunakan prinsipal dapat membantu negotiator untuk mempercayai posisi mereka , the mandate  dapat digunakan untuk mencapai flexibilitas. penggunaan principals, dan mandate dapat menciptakan perlindungan bagi negotiator.
·         ketika negosiasi berjalan tidak seperti harapan : minta banyuan pihak ke-3 , istirahat/ ulur waktu alihkan fokus ,,negosiasikan kesepakatan.
Tahap 4 : PENUTUP:
·         Closing Phase :merangkum semua hasil dan mencari jalan tengah, menyesuaikan semua isu & keberatan yg mungkin terjadi, menyiapkan penawaran terakhir berdasarkan persetujuan ke-2 belah pihak.
·         post negotiation: selalu jaga hubungan , pastikan efek long term dari negosiasi terus berjalan. evaluasi keseluruhan proses negosiasi yg terjadi.


221.  Identifikasi perbedaan taktik negosiasi dihubungkan dengan perbedaan budaya antar negara.
Jawab : Negosiasi cross-culture biasanya hanya terjadi dalam negosiasi internasional karena perbedaan budaya seringkali terdapat di antara negara-negara yang berbeda. Perbedaan budaya ini bahkan mungkin terjadi di dalam suatu negara di antara komunitas-komunitasnya meski seringnya terdapat dalam negosiasi internasional. Budaya dalam hal ini dikaitkan dengan nilai-nilai bersama (shared values) dan kepercayaan yang ada di dalam satu komunitas tertentu. Budaya diartikan sebagai suatu internalisasi nilai dan norma (values), kepercayaan (beliefs), dan perilaku (behaviors) yang disosialisasikan dan ditransfer kepada generasi selanjutnya. Suatu negara dapat memiliki lebih dari satu budaya yang menyebar melewati batas-batas nasional. Negosiasi antarnegara harus memperhatikan aspek budaya ini demi kelancaran proses negosiasi.
Negosiasi internasional berbeda dengan negosiasi pada umumnya karena terdapat perbedaan kebudayaan antarpihak yang terlibat. Dua konteks penting yang diungkapkan oleh Phatak dan Habit adalah environmental context dan immediate context. Konteks lingkungan berisikan tekanan-tekanan lingkungan seperti pluralitas politik, fluktuasi mata uang, dan kontrol pemerintah dan birokrasi yang dikontrol dalam negosiasi. Immediate context merupakan faktor-faktor dinamis seperti keinginan negosiator yang selalu berbeda, tingkat konflik yang mungkin terjadi, dan relasi antarnegosiator yang harus dikontrol untuk meminimalisasi hambatan dan konflik dalam negosiasi.

222.  Identifikasi perbedaan budaya dan pengaruhnya terhadap perbedaan strategi persuasi dalam negosiasi Lintas Budaya.
Jawab : Kecepatan dalam bernegosiasi mempunyai variasi di satu budaya dengan budaya yang lain. Ada budaya yang cenderung to the point seperti Amerika Serikat tetapi ada juga yang lebih bersifat sabar dan membutuhkan waktu lama seperti kebanyakan bangsa timur. Ekspresi emosi masing-masing budaya bisa jadi sangat bertolak belakang. Budaya Amerika sangat memberikan kebebasan dalam berekspresi tidak seperti kebanyakan bangsa Timur. Pengecualian terjadi di Meksiko dan Timur Tengah, pernyataan emosi diharapkan dan menganggap sebagai cara untuk menekankan dan memperkuat posisi negosiasi. Penggunaan bahasa langsung dan tdak langsung juga penting diperhatikan. Budaya Jepang dan sebagian besar budaya Timur mengatakan tidak dengan cara kiasan atau tidak langsung untuk menjaga keharmonisan sebuah proses komunikasi. Sebaliknya, Amerika Serikat lebih cenderung mengatakan “ya” dan “tidak” dengan sangat langsung tanpa berbelit-belit dan tanpa kiasan. Pemahaman akan bukti dan kebenaran dalam setiap budaya bisa sangat berbeda. Banyak orang Amerika yang cenderung bergantung kepada observasi objektif untuk menyatakan fakta. Sedangkan di Amerika Latin, keputusan didasarkan kepada data subjektif, dan didukung oleh perasaan subjektif. Berbeda lagi dengan Korea dan China, mereka memakai sumber informasi subjektif dari pemerintah.
Budaya suatu komunitas berbeda dengan komunitas yang lainnya. Perbedaan ini didasarkan dari nilai, norma, dan kepercayaan yang dianut oleh komunitas tertentu. Tidak semua nilai dan norma kemudian menjadi budaya lokal ataupun nasional, melainkan hanya nilai, norma, dan kebiasaan yang diinternalisasi kepada generasi berikutnya demi menjaga keutuhan dan kesakralan nilai, norma, dan kebiasaan tersebut. Selain itu, kebudayaan juga dipengaruhi oleh posisi geografis domisili komunitas tertentu karena mengafeksi daya survival dan perilaku bermasyarakat komunitas tersebut. Kebudayaan ini jika dibawa ke dalam suatu negosiasi tentu akan memengaruhi jalannya negosiasi.

223.  Jelaskan dampak perbedaan toleransi terhadap resiko dan presentasi konsesi dalam negosiasi lintas budaya?
Jawab :  Dampak perbedaan toleransi resiko yaitu toleransi risiko adalah ukuran yang lebih spesifik dari tingkat ketidakpastian yang investor bersedia menerima sehubungan perubahan negatif terhadap bisnis atau aset, sebagai lawan risk appetite menjadi tingkat berbasis luas. (Generic) Tingkat diterima variasi relatif terhadap pencapaian tujuan. Dalam menetapkan toleransi risiko tertentu, manajemen mempertimbangkan kepentingan relatif dari tujuan terkait dan sejalan toleransi risiko dengan risk appetite-nya.

224.  Identifikasi dan jelaskan dimensi budaya yang mempengaruhi proses presentasi dan persuasi lintas budaya.
Jawab :  Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih relatif rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik. Di Indonesia, status seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan luks dan seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.

225. Jelaskan pengaruh Budaya dalam pengambilan keputusan.
Jawab :  Budaya dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, karena adanya larangan, hukuman, tekanan, ataupun paksaan dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola dan bentuk yang terorganisir dari individu dan masyarakat dalam berbagai cara dalam pengambilan keputusan. Komponen budaya sendiri dapat berupa Power Distance (Jarak Kekuasaan), Individualism vs. Collectivism, Masculinity vs. Feminity, Uncertainly Avoidance (Menghindari Ketidakpastian), Long-Term and Short-Term Orientation, Indulgence vs. Restraint. Pengaruh budaya terhadap pengambilan keputusan dapat di lihat pada perilaku individu dan masyarakat, senantiasa di sesuaikan dengan tuntunan budaya yang di anut. Contohnya :
Power distance antara Australia dengan Amerika itu berbeda, kesalahan yang dilakukan oleh manajer pada saat dia memutuskan untuk merubah metode diskusi agar seluruh anggota diskusi dapat menyalurkan serta berpartisipasi dalam diskusi yaitu dengan membentuk kelompok yang terdiri dari berbagai jabatan sehingga menyebabkan staff merasa canggung saat harus berdiskusi dengan manager. Apa yang telah manajer terapkan pada diskusi di Amerika telah membuat anggota diskusi tidak nyaman.


No comments:

Post a Comment