Manajemen Lintas Budaya
SAP 2
Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif
Teori
Kepemimpinan yang Efektif merupakan pola tingkah laku pemimpin tergantung dari
hasil yang ditentukan oleh situasi tertentu. Pemimpin yang memiliki orientasi
kerja cenderung lebih efektif dalam berbagai situasi. Dalam dunia bisnis yang
cepat berubah, maka ada beberapa faktor yang berimplikasi tehadap kepemimpinan
efektif, seorang pemimpin dituntut untuk :
1.
Selalu memperbaharui pengetahuannya
2.
Memiliki informasi yang terbaru, cepat dan akurat.
3.
Memiliki kemampuan untuk mampu meneropong dan memperkirakan apa yang akan
terjadi masa yang datang
4.
Memiliki kemampuan untuk cepat mengambil keputusan
5.
Memiliki Kemampuan untuk menempatkan orang yang tepat pada tempatnya
(menghilangkan unsur KKN)
6.
Memiliki kemampuan menggerakan dan mempengaruhi bawahan dalam bentuk tim
7.
Mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan kondisi dimana ia berada
(kontingensi)
1.
Berdasarkan
penelitian survey
Penelitian
yang menggunakan kuesioner sejauh inimenggunakan metode umum yang digunakan
untuk mempelajari hubungan antara perilaku kepemmpinan yang bersifat
mendasarinya (misalnya, ciri-ciri kepemimpinan, sikap) atau hasil dari perilaku
ini (misalnya, kepuasan dan kinerja bawahan).
a. Bias dalam Kuesioner Deskripsi Perilaku
Kuesioner
deskripsi perilaku rentan terhadap beberapa jenis bias dan kesalaan (Luthans
dan Lockwood,1984; Schriesheim dan Kerr 1977; Uleman, 1991). Sebuah sumber
kesalah adalah penggunaan hah-hal ambigu (samar-samar).yang dapat diterjemahkan
dalam beberapa cara berbeda oleh beberapa responden berbeda. Kebanyakan
kuesioner kepemimpinan memiliki format respon tetap yang meminta responden
memikirkan kembali selama periode beberapa bulan atau tahun dan menunjukan
beberapa sering atau berapa banyak seorang pemimpin menggunakan perilaku yang
dijelaskan dalam item tertentu.
b. Menerjemahkan hubungan sebab akibat
dalam studi survei
Sebagian
besar penelitian mengenai dampak perilaku kepemimpinan telah mengukur perilaku
dengan kuesioner yang diisi oleh para bawahan, dan nilai-nilai perilaku yang
dihasilkan telah dokorelasikan dengan ukuran kriteria yang diperoleh pada titik
waktu yang sama.
2.
Berdasarkan
Penelitian Eksperimen
Cara terbaik untuk menemukan hubungan
sebab akibat adalah dengan melakukan eksperimen dimana perilaku pemipin
dimanipulasi dengan melatih para pemipin untuk meggunakan perilaku tertentu.
Beberapa eksperimen telah dilakukan dalam suasana laboratorium kepada para
mahasiswa universitas (Day, 1971; Day dan Hamblin, 1964; Farris dan Lim, 1969;
Herold, 1977; Lowin dan Craig, 1968; Misumi dan Shirakashi, 1966; Sims dan Manz
1984).penelitian ini memperlihatkan bahwa hubungan sebab akibat beroperasi
dalam dua arah, dengan perilaku kehasil, dan sebaliknya. Ringkasnya, penelitian
eksperimental dalam laboraturium dan suasana lapangan menemukan bahwa
peningkatan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan biasanya
menghasilkan kepuasan dan produktivitas yang lebih tinggi pada para bawahan.
3.
Berdasarkan
penelitian peristiwa kritis
Dalam
Dalam kebanyakan studi tentang peristiwa kritis, peristiwa tersebut
dikelompokan bersama atas dasar isi perilaku yang sama, oleh para peneliti atau
oleh panel atasa responden. Kategori perilaku yang dihasilkan berbeda besar
dari satu studi dengan studi lainya. Pembeda terseut sebagian disebabkan oleh
keragaman pemimpin yang telah dipelajari, termasuk misalnya penyelia produksi
(Gellerman, 1976; Heizer, 1972), para manajer toko kelontong (Anderson
&Nilson, 1964) serta para menejer departemen pada toko-toko enceran
(Campell, Dunette, Arvey & Hellervik, 1973), dan para penyelia karyawan
perkayuan (Latham & Wexley, 1977).
Metode peristiwa kritis mempunyai
sejumlah keterbatasan. Metode ini mengasumsikan bahwa sebagian besar responden
mengetahui perilaku apa yang penting dan relevean bagi efektifitas pemimpin,
dan mengasumsikan bahwa perilaku tertentu itu penting jika sering muncul pada
peristiwa yang dilaporkan oleh banyak orang.
yang dibutuhkan, dan membuat keputusan yang diperlukan.
4.
Berdasarkan
Penelitian universal – situasional
Model universal mendalilkan bahwa
atribut kepemimpinan tertentu adalah optimal dalam semua situasi, sedangkan
model situasional menyebutkan atribut berbeda berlaku dalam situasi berbeda.
Saat Blake n Mouton (1982) menekankan pada aspek kualitatif yang membedakan
perilaku tinggi-tinggi dari kombinasi lainnya, mereka dengan jelas mengakui
perlunya para pemimpin memilih bentuk perilaku yang spesifik yang cocok bagi
waktu atau situasi tertentu. Bentuk universal dari teori mereka adalah
orientasi nilai yang digunakan oleh manajer yang tinggi-tingi untuk memilih
perilaku yang cocok, bukan pola tertentu dari perilaku tinggi-tinggi yang
diterapkan secara otomatis pada semua situasi. Aspek situasional dari teori
mereka adalah pemikiran bahwa perilaku tersebut harus relevan dengan situasi
agar dapat menjadi efektif.
REFRENSI
:
2009.
Study Michigan. diakses tanggal 17
September 2017.
2010.
Studi kepemimpinan " Michigan".
(http://havidzulloh.blogspot.com) diakses tanggal 17 September 2017.
Chaniago,
Harmon. 2008. Perilaku Kepemimpinan yang
Efektif. Tersedia pada http://manajemenkantor.blogspot.co.id/2008/10/perilaku-kepemimpinan-yang-efektif_07.html.
diakses pada 17 September 2017
No comments:
Post a Comment