KOMUNIKASI BISNIS
SAP 2
1.
Hambatan
Komunikasi
Untuk
berkomunikasi secara efektif tidaklah cukup hanya dengan memahaminya
factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, tetapi juga disertai
dengan pemahaman mengenai hambatan-hambatan. Hambatan komunikasi bisa terjadi
di antara individu( antar manusia) maupun di dalam organisasi.
a. Hambatan
Komunikasi Antar manusia
Agar dapat
saling memahami, komunikator dan komunikasi harus memiliki pengetian yang sama
mengenai kata, gerakan badan, nada suara,dan symbol-simbol lainnya. Hambatan
komunikasi antarmanusia bisa berupa :
a) Perbedaan
persepsi dan Bahasa
Persepsi
merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seorang mengenai
suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain.
b) Pendengaran
yang buruk
Walupun sudah
mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi pendengar yang baik
tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah memikirkan masalah lain.
Seseorang cenderung kehilangan minat mendengar.
c) Gangguan
emosional
Dalam keadaan
kecewa , marah, sedih , atau takut, seorang akan merasa kesulitan saat menyusun
pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara praktis , tidak mungkin
menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam keadaan emosi. Kesalahpahaman
sering terjadi akibat gangguan emosional.
d) Perbedaan
budaya
Berkomunikasi
dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari, terlebih lagi dalam
zaman globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan yang sulit diatasi.
e) Gangguan
fisik
Pengirim atau
penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik, seperti akustik
yang jelek , tulisan yang tidak dapat dibaca , cahaya yang redup , atau masalah
kesehatan. Gangguan fisik bisa menggagu konsentrasi dalam berkomunikasi.
b. Hambatan
Komunikasi dalam Organisasi
Kominikasi dalam
organisasi sering terganggu karena materinya lebih rumit, jumlahnya banyak, dan
kontroversial. Hambatan komnikasi dalam organisasi:
a)
Kelebihan beban
informasi dan pesan yang bersaing
Perkembangan
teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tajam
hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan melalui surat-surat dari pos, email
, dan telepon dari berbagai sumber telah membanjiri organisasi dan
masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian lebih awal. Hal itu bisa
berakibat pada adanya pesan yang tidak penting, atau pemberian respons yang
tidak akurat.
b)
Penyaringan yang tidak
tepat
Ketika
meneruskan suatu pesan kepada orang lain di dalam organisasi, biasanya terjadi
penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyikat pesan. Pesan dalam organisasi
dikirim melalui berbagai saringan.
c)
Iklim komunikasi
tertutup atau tidak memadai
Pertukan
informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang
efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya manajemen. Gaya manajemen yang
tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang
terlau banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertical atau horosontal
dalam sebuah organisasi.
Hambatan
komunikasi pada dasarnya terdiri atas tujuh macam gangguan dan rintangan
(Cangara, 2004:131), yaitu :
a. Hambatan
Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang
memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan
pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan
semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan
sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat
diandalkan serta lebih efisien.
a. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses
penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi
atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas,
akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1. Salah
pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi.
2. Adanya
perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak
laki-laki).
3. Adanya
pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing
adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak
orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan
panjang ingatan.
b. Hambatan
Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang
mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang
berbeda antara pengirim dan penerima
pesan.
c. Hambatan
fisik.
Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan fisik atau badan seseorang, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak
bisa mendengar. Di sisi lain, hambatan fisik seperti saya harus berbicara keras
dengan nenek saya karena fungsi
pendengarannya yang sudah berkurang. Pesan saya kepada nenek pun terkadang
tidak sesuai.Untuk mengatasi hambatan komunikasi terhadap nenek saya ini atau
orang yang memiliki fungsi pendengaran yang kurang maka saya akan berbicara
dengan ekspresi muka yang jelas dan suara lantang sehingga bisa “terbaca”. Atau,
informasi dituliskan sehingga nenek langsung paham maksudnya. Hambatan
komunikasi juga bisa saja terjadi apabila salah satu pihak memerlukan bahasa
isyarat seperti pada orang tuna wicara.
d. Rintangan
status
Merupakan
rintangan yang terjadi karena perbedaan status social dan senioritas. Misalnya
, antara raja dengan rakyat, anatara atasan dan bawahan , atau antara dosen
dengan mahasiswa.
e. Rintangan
kerangka piker
Merupakan
rintangan yang terjadi karena adanya perbedaan pola pikir. Perbedaan pola pikir
bisa disebabkan karena pengalaman dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
f. Hambatan budaya
Hambatan
budaya dapat terlihat seperti yang pernah saya jumpai seorang perempuan saat
saya transit di Bandara Dubai. Ia membutuhkan informasi tapi saya tidak bisa
membalasnya (saat itu saya berbicara bahasa inggris) karena saya tidak
mendengar dengan jelas. Saya tidak bisa melihat ekspresi mukanya saat berbicara
karena dalam budayanya Ia harus mengenakan penutup mulut. Ia adalah perempuan
dari negara belahan Timur Tengah yang memang harus mengenakan busana demikian.
Atau misalnya, di Thailand untuk mengucapkan kalimat “terimakasih” akan berbeda
bila disampaikan perempuan menjadi “Kopunka” sedangkan apabila laki-laki menjadi
“Kopunkap”. Untuk budaya tertentu misalnya perempuan dalam berkomunikasi
mendapat porsi nomor dua setelah ayah, suami dan kakak laki-laki.
2.
Cara
Mengatasi Hambatan dan Memperbaiki Komunikasi
Berbagai
hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki. Untuk
bisa mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta
komunikasi yang lebih efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Cara
mengatasi hambatan dan memperbaiki komunikasi agar menjadi efektif (Bovee dan
Thill, 2003:22 ) adalah:
a. Memelihara
iklim komunikasi terbuka
Iklim komunikasi
merupakan campuran dari nilai, tradisi dan kebiasaan. Komunikasi terbuka akan
mendorong keterusterangan dan kejujuran serta mempermudah umpan balik.
b. Bertekad
memegang teguh etika berkomunikasi
Etika merupakan
prinsip-prinsip yang mengatur seseorang untuk bersikap atau membawa diri. Orang
yang tidak etis biasanya egois dan tidak peduli salah atau benar, serta menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan. Komunikasi etis termasuk semua informasi
yang relevan, benar dalam segala segi , dan tidak memperdayakan orang lain
dengan cara apa pun.
c. Memahami
kesulitan komunikasi antarbudaya
Majunya
perkembangan teknologi dan informasi telah menyebabkan terjadinya interaksi
antarbudaya baik dalam lingkup regional, nasional, maupun internasional.
d. Menggunakan
pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada penerima
Menggunakan
pendekatan yang berpusat pada penerima berarti tetap mengingat penerima ketika
sedang berkomunikasi.
e. Menggunakan
teknologi secara bijaksana dan bertanggungjawab untuk memperoleh dan membagi
informasi.
Teknologi dapat
dipergunakan untuk menyusun , merevisi dan mendistribusikan pesan. Penggunaan
teknologi yang bertanggung jawab dan bijaksana akan mendorong terciptanya
komunikasi yang efektif.
f. Menciptakan
dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan
cara :
a. Memahami penerima pesan
b. Menyesuaikan pesan dengan penerima
c. Mengurangi jumlah pesan
d. Memilih saluran atau media yang tepat
e. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
3.
Etika
dalam Berkomunikasi
Dalam
pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu
memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Berkomunikasi tidak slamanya mudah apalagi, kalau tidak mengetahui jati diri
(latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan
menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan lawan
bicara kita. Setiap kegiatan pasti ada etikanya apalagi dalam berkomunikasi,
diantaranya yaitu:
1.
Membuka pintu komunikasi
Hubungan
antar manusia didalam masyarakat dibina atas dasar hal-hal kecil yang
mengakrabkan persahabatan, yang terbit dari kata hati yang tulus dan ikhlas.
Janganlah menjadi orang angkuh yang suka jual mahal, selagi ada kesempatan
segera mendahului untuk membuka pintu komunikasi. Bagaimana caranya?
a. Lambaian
tangan
b. Senyum yang
tulus dan simpatik
c. Ucapkan kata
sapaan
d. Cobalah
mengajak berjabat tangan
e. Tanyakan
keadaannya
f. Mintalah maaf
dan permisi
g. Ucapkan kesan
anda
h. Ucapkan
terimakasih
2.
Etika komunikasi tatap muka
Beberapa
hal yang perlu di perhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap muka:
a. Waktu
berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan
dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak
terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk laan bicara
b. Jangan kita
bicarakan ssuatu yang ingi di lupakan orang lain
c. Janganlah
mempergunjingkan orang lain
d. Jangan
memborong seluruh pembicaraan
e. Hendaklah
kita berdiam dan memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara
f. Suara
hendaklah di sesuikan, jangan terlalu keras
g. Kalau hendak
batuk, bersin, atau menguap, hendaklah mulut di tutup dengan tangan
h. Kalau
pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terimakasih
3.
Etika berkomunikasi dengan media telepon
Menelepon
pada hakikatnya sama dengan bertamu ke rumah orang lain, dan menerima telepon
sama dengan menerima tamu. Beberapa prinsip yang perlu di perhatikan saat
berkomunikasi dengan media telepon:
a. Apabila
hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat
b. Bicaralah
dengan tenang jelas dan langsung kesasaran
c. Ketika sedang
berbicara berilah perhatian penuh pada lawan bicara
d. Janganlah
berbicara dengan orang lain yang brada di dekat kita
e. Siapkanlah
kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya
f. Pada akhir
pembicaraan hendaklah mengucapkan terimakasih
g. Setelah
mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon
4.
Etika di Tempat Umum
a. Jika di
tempat umum anda bertemu orang pentiang tapi tidak terlalu kenal, cukup ucapkan
salam tanpa harus selalu berjabat tangan
b. Jika naik
tangga, pria berjalan dalam jarak dekat di belakang wanita
c. Jika turun
tangga pria berjalan terlebih dahulu dan berada diposisi lebih bawah dari
wanita
d. Jika naik
lift, hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya didahulukan
e. Di counter
bank, check in di bandara, kantor pelayanan umum, dan lain-lain, sebaiknya
mengikuti antrean
f. Kaca mata
gelap tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup
4.
Proses
Mendengarkan di Tempat Kerja
Keterampilan
mendengarkan sangat penting bagi kesuksesan karier, efektifitasorganisasi, dan
kepuasan karyawan (pekerja).
Mendengarkan
terutama penting dalam dunia kerja karena kita menghabiskan begitu banyak waktu
untuk melakukannya. Kebanyakan karyawan menghabiskan 30 sampai 45 persen waktu
komunikasi mereka untuk mendengarkan, sedangkan eksekutif menghabiskan 60
sampai 70 pesen waktu komunikasi mereka untuk mendengarkan.
Proses
mendengarkan meiputi empat elemen, yaitu persepsi, interpretasi, evaluasi, dan
tindakan(aksi).
a. Persepsi.
Proses
mendengarkan dimulai ketika anda mendengar suara dan berkonsentrsi padanya.
Anda akan tersetem ketika anda (1) merasa bahwa pesan tersebut penting, (2)
tertarik pada topiknya, atau (3) sedang dalam suasana ingin mendengarkan.
Persepsi berkurang karena pendengaran yang sempurna, lingkngan yang bising,
tidak memperhatikan, dan berpura-pura mendengarkan (pseudolistening).
Pseudolistening terjadi ketika pendengar “berpura-pura” mendengarkan. Mereka
kelihatannya mendengarkan, tetapi pikirannya mengembara kemana-kemana.
b. Interpretasi.
Setelah Anda
memusatkan perhatian pada sebuah suara atau pesan, Anda mulai meninterpretasi,
atau menguraikannya.
c. Evaluasi.
Evaluasi
meliputi memisahkan fakta dari opini dan menilai pesan secara objektif. Untuk
mengevaluasi sebuah pesan secara akurat dan objektif, Anda harus (1)
mempertimbangkan semua informasi, (2) sadar akan prasangka anda sendiri, dan
(3) menghindari melompat pada kesimpulan yang tergesa-gesa.
Tindakan
meliputi mengingat pesan, memberi reaksi, atau menyediakan umpan balek.
Meningkatkan Ingatan. Para spesialis pelatih ingatan mengatakan bahwa mengingat
efektif melibatkan tiga factor :
(1) memutuskan
untuk mengingat,
(2) menyusun
infomasi yang masuk untuk membentuk hubungan-hubungan, dan
(3) meninjau.
Untuk lebih jauh meningkatkan ingatan, buatlah catatan dan tuliskan kembali
segera setelah mendengarkan.
Daftar
Pustaka :
Aw Suranto, 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi Sutrisna, 2007. Komunikasi
Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
West Richard, Turner
Lynn H. 2012. Pngantar Teori Komunikasi Analisis Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
No comments:
Post a Comment